Nemblikur🎀

723 59 4
                                    

Semuanya terlihat biasa, kecuali kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya terlihat biasa, kecuali kamu.

~Jeremy~

***

Fatiha melepaskan genggaman itu, deru napasnya tak beraturan. Ia sungguh bingung ingin menjawab apa. Fatiha memang baru mengenal Jeremy dua bulan yang lalu, tetapi rasanya seperti sudah memiliki ikatan yang begitu erat.

Fatiha meremat roknya kuat, mengambil napasnya dalam-dalam dan langsung mengeluarkannya kasar. Keringat sudah mulai membanjiri pelipisnya, tak tahu harus bagaimana mengelak semua perasaannya kepada Jeremy.

Jeremy sangat sulit untuk dibohongi karena ia adalah seorang terpelajar, beda jauh dengan seorang Fatiha yang hanya tamatan SD. Orang dulu pikir, wanita tak perlu sekolah jika nantinya hanya akan di dapur. Sungguh, semua itu sangat menyayatkan hati wanita manapun.

Apakah wanita tak pantas untuk menggapai keinginannya? Sehingga, hanya dapurlah yang menjadi teman mereka selama ini.

"Saya nggak bisa, Mas." Fatiha menundukkan kepalanya, air mata tiba-tiba turun, tanpa sepengetahuan Jeremy, Fatiha langsung menghapusnya.

"Apakah benar kamu tidak mencintai saya?" Suasana terlihat mencekam, suara kembang api pun hampir tak terdengar.

Fatiha tak tahu harus berbuat apa, ia sangat kebingungan. Tangannya mulai gemetar, menyesal ia telah datang bersama dengan Jeremy di sini. "Sa-ya tidak mencintaimu."

"Lalu kenapa selama ini kamu seolah-olah membalas perasaan saya?" tanya Jeremy tak habis pikir dengan wanita di depannya ini.

"Saya hanya menghargai perasaanmu, bukan membalasnya."

"Benarkah itu? Coba katakan lagi dengan menatap mata saya Fatiha!" perintah Jeremy. Wajah Jeremy pun mulai memerah seperti ingin menangis.

Tanpa mendengarkan Jeremy, Fatiha masih saja menundukkan kepalanya. "Tak cukupkah tolakan saya untukmu, Mas?"

"Cukup, saya sudah mengerti. Saya salah mengira, ternyata semua yang kamu lakukan terhadap saya hanyalah sebuah belas kasihan dan saya tidak butuh itu. Terima kasih Fatiha, telah mengisi kekosongan hati saya selama dua bulan ini. Saya juga ingin pamit, besok saya akan kembali ke kampung halaman saya." Jeremy berdiri membuat Fatiha langsung mendongakkan kepalanya. "Saya antar kamu pulang," tambahnya.

Jeremy sudah berjalan terlebih dahulu sedangkan Fatiha mengekorinya dari belakang. Tidak! Keputusannya salah.

"Mas," panggil Fatiha.

Namun, tak ada respon apapun dari Jeremy. Rasanya hatinya semakin tersayat, Fatiha pun berlari dan menghadang jalan Jeremy. "Mas!"

"Ada apa?" tanya Jeremy dingin. Sikapnya sudah berubah total. Jantung Fatiha semakin berpacu dengan sangat cepat.

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang