Pitulikur🎀

661 57 3
                                    

Jeremy tersenyum sumringah menatap gadis menawan nan cantik yang berada di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy tersenyum sumringah menatap gadis menawan nan cantik yang berada di sampingnya. Akhirnya, Jeremy berhasil mendapatkan seorang wanita yang akan menjadi pendamping hidup untuknya. Langkah pertama untuknya adalah meminta restu kepada Rian dan juga Melan, adik kesayangannya.

Jeremy berjalan ke arah pintu utama, semuanya sudah menyambut Jeremy dan Fatiha kecuali- Melan. Sesuai permintaan Rian, Melan tidak hadir di saat Kakak kesayangannya membawa calon Kakak Ipar.

Nampak sekali Jeremy mencari-cari keberadaan Melan. Sikap Rian yang tak acuh itu cukup membuat Jeremy geram.

"Pasti sesuatu telah terjadi di rumah ini," batin Jeremy.

Rian sangat kagum dengan pilihan anaknya, benar-benar luar biasa. Tak segan-segan Rian berulangkali memuji Fatiha.

Zian ikut tersenyum bahagia mendapatkan kabar itu, perlahan tangannya menyentuh pundak kakaknya itu. "Cantik, Kak." Tanpa malu Zian mengatakan itu di depan Fatiha.

Jeremy ikut bersyukur karena perubahan Zian, tanpa membuang waktu Jeremy langsung memeluk adiknya itu. Akhirnya Jeremy mendapatkan kembali adiknya itu. Tersisa Maesah yang sampai sekarang belum berubah. Maesah hanya tersenyum tipis mendengar kabar itu, kalau Jeremy suka Maesah pun ikut setuju saja.

Sedangkan di balik pintu kamar, seorang gadis menatap nanar foto kakaknya dari layar ponselnya. Melan begitu jahat kepada Jeremy karena tidak menyambutnya sama sekali. Napas dalam itu Melan keluarkan perlahan. Punggungnya ia sandarkan di dinding kamarnya, hembusan napas kembali ia keluarkan. Akan tetapi, kali ini dengan kasar. "Maafin Melan, Kak." Suara parau terdengar jelas. Entah kenapa hatinya begitu sesak.

***

Yasmin tersenyum haru melihat kondisi ayahnya yang sudah pulih. Kini, Yasmin sedang asyik menyiapkan sarapan untuk Firgi.

Ucapan syukur selalu Yasmin lontarkan, harapan yang hampir punah itu mengembalikan harapan-harapan yang baru.

Firgi menatap sekilas wajah putrinya yang begitu berseri. Nampaknya putrinya begitu bahagia dengan kesembuhannya. Bahagia rasanya memiliki seorang putri seperti Yasmin. Sikap keibuan sudah melekat di dalam diri Yasmin. Tak heran jika suatu hari banyak pria yang menginginkan Yasmin.

"Nak, ayo makan." Dengan gemetar Firgi mencoba berdiri untuk mengambil sebuah piring di rak piring yang jaraknya lima meter.

"Bapak duduk aja." Yasmin dengan sigap langsung berlari dari posisinya tadi. Piring pun Yasmin ambil dengan suka rela. "Kalo ada Yasmin, Bapak jangan cemas, oke!"

Firgi mengangguk paham. Sedetik kemudian mereka tertawa dengan tingkah Yasmin yang memang cukup posesif.

***

April terlihat berpikir sembari memperhatikan sebatang coklat yang diberikan oleh Faisal. Tak heran jika Faisal memberikan coklat. Akan tetapi, Faisal tiba-tiba datang dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Ada rasa ragu dalam diri April, tanpa berpikir panjang, dagu April terangkat kepada Faisal mencoba untuk menanyakan perihal apa.

Faisal terlihat sangat gugup, ia berkali-kali membuang pandangannya dari April. April yang masih tak paham akhirnya bertanya, "Apa?"

Faisal menggigit bibir bawahnya, terlihat ragu untuk mengatakan tujuannya. Faisal menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia mencoba kembali untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya, April, dan juga Dinda-pacarnya.

***

Jeremy yang tak menemukan sosok Melan pun menemui Rian dan meninggalkan Fatiha di ruang tamu bersama dengan Zian dan juga Maesah. Rasa rindunya yang tak tertahankan meminta sedikit waktu untuk bertanya kepada Rian.

"Di mana Melan?" tanya Jeremy. Alih-alih tak mau menjawab, Rian langsung pura-pura mendapatkan telepon dari rumah sakit. "Sebentar," sanggah Rian.

Jeremy berinisiatif pergi ke kamar Melan. Namun, sesampainya Jeremy di sana tidak ada tanda-tanda apapun dari adik kesayangannya itu. Jeremy masih tidak menyerah, mungkin saja Melan berada di kamar atas yang di tempatinya dulu. Akan tetapi, hasilnya sama saja. Kamarnya terlihat rapi tanpa ada sosok adiknya itu.

Jeremy memijat pelipisnya, ia lebih memilih turun untuk menemui Fatiha. Mungkin saja, Melan sedang main dengan teman sekolahnya di luar.

Fatiha nampak kebingungan dengan raut wajah Jeremy yang tiba-tiba berubah. "Apa ada masalah?" tanya Fatiha. Tingkat kepekaan Fatiha memang sangatlah bagus, tetapi tidak bagus untuk kali ini. Jeremy hanya menggeleng kemudian tersenyum tipis.

***

Melan sedang berada di kamar Syila, melihat Syila yang sedang tertidur pulas, Melan lebih memilih untuk memandangi Syila.

"Kamu cantik, mirip Ibu. Apa bener kamu adik aku?" monolog Melan.

Air mata itu kembali luruh tak terbendung. Menyesal telah menyetujui syarat yang diberikan Rian kepada dirinya. Melan yang kesakitan dengan perbuatannya apalagi dengan Jeremy? Pasti Jeremy menanyakan keberadaanya sekarang ini.

Melan menghapus air matanya, ia lebih memilih tidur di samping Syila. Ranjang Syila yang ukurannya tiga kali lebih besar dari ranjang Melan membuatnya muat untuk tidur bersama Syila, bahkan lebih. Sepertinya tidur adalah cara yang pas untuk melupakan semua masalah Melan saat ini.

***

Faisal memberikan senyum yang sangat sulit untuk dimengerti oleh April. Suasana terlihat semakin mencekam, sepertinya ada sesuatu hal yang sangat penting yang membuat Faisal sangat ragu untuk mengungkapkannya. "Kenapa, sih?!" April rasanya sudah kehabisan kesabaran karena tingkah Faisal yang memang begitu aneh.

"Maafin gue, Prilly." Faisal melontarkan kalimat yang langsung membuat April bertanya-tanya.

"Buat apa?"

Faisal menelan salivanya berat. Kini sudah saatnya Faisal untuk memutuskan siapa yang akan dipilih olehnya. "Gue milih Dinda." Terdengar suara gemetar dari mulut Faisal.

April masih tidak paham dengan yang diungkapkan Faisal, sahabatnya. "Maksud lo apaan?"

Dengan sekuat tenaga Faisal mencoba menjelaskan, tetapi rasanya itu menyangkut di tenggorokannya. Rasanya tenggorokannya langsung kering ketika ingin menjelaskannya. "Maafin gue, Pril. Gue lebih milih pacar gue dari pada lo."

Dada April langsung terasa sesak, napasnya terlihat tak beraturan. April meremat baju depan bagian dadanya, dadanya merasakan sakit yang begitu dalam. Pandangannya yang mulai kabur melihat Faisal berlari menangkap tubuh kecilnya. Dalam sekejap, dunianya langsung gelap.

 Dalam sekejap, dunianya langsung gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update nih 🤗

Semoga makin suka sama ceritanya, jangan lupa vote sama komen Zeyeng❤️

Sampai jumpa Minggu depaaaann💞

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang