Pitulas💤

742 71 2
                                    

Pagi hari telah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari telah tiba. SMA Merpati sudah siap untuk melaksanakan PAS. Semuanya sudah mendapatkan username dan nomor peserta.

Melan duduk tepat di depan Naura Salsabila. Sebenarnya Melan ketakutan, akankah Naura menyiksanya meskipun sedang ujian? Guru pengawas menyuruh untuk berdo'a terlebih dahulu. Sesudah itu, soal-soal dan kertas lembar jawaban pun dibagikan.

Netra Melan membulat ketika mengetahui soal-soal yang ada sangatlah gampang. Karena semalam Melan habis belajar.

"Duh, gimana?" tanya Melan khawatir.

Naura memperhatikan gerak-gerik Melan yang aneh. Ia kemudian berbisik, "Kenapa, lo?"

Melan menggeleng tanpa berbalik menghadap ke Naura. Membuat Naura langsung menatapnya sinis.

"Aku harus gimana? Soal-soalnya persis kaya yang aku pelajari semalem," monolog Melan kebingungan.

Melan memejamkan matanya sebentar, ia mengambil napasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan. "Demi Ayah, nilaiku harus di bawah kkm!" batinnya.

***

Rian sedang memberikan makanan kepada seorang gadis yang usianya lebih muda dari pada Melan.

Gadis yang selama ini selalu memperhatikan Melan dari jarak jauh. Dan memberikan surat melalui sebuah kode. Syila mempelajari itu semua karena ia menemukan sebuah buku yang menjelaskan tentang bagaimana caranya mengirimkan surat dengan cukup sulit untuk dicerna. Dia adalah Desyila Arsyfiana, adik kandung dari Melan Cahyani.

"Syila sayang, kamu jangan khawatir, ya. Kamu jangan pergi ke mana-mana, ya!" ucap Rian lembut.

Wajah Syila sangat mirip dengan mendiang istrinya---Refina. Membuat Rian tak kuasa menahan Syila di sebuah lantai rahasia. Rian memang sangat cerdik menyembunyikan semua ini selama bertahun-tahun. Hingga usia Syila tiga belas tahun.

Syila menatap Rian takut, tangannya gemetar ketika ingin mengambil air mineral itu karena haus.

"Kamu mau minum, Syila?" tanya Rian.

Syila mengangguk. Meskipun Syila tidak bisa bicara, tetapi Syila masih bisa mengerti apa yang diucapkan oleh ayahnya, Rian.

Rian mengelus puncak kepala Syila lembut. "Maaf ya, Nak. Ayah harus lakuin ini sama kamu. Ayah nggak mau kalo ada yang mengambil kamu dari Ayah."

Dalam benak Syila ia bertanya-tanya, kenapa Rian selalu membahas tentang mengambil Syila darinya? Apa maksud Rian sebenarnya?

***

Dion mengelap peluh di pelipisnya. Ia tersenyum memperhatikan sang kekasih yang masih mengerjakan soal PAS.

Tatapannya kemudian beralih ke Melan. Bukankah Melan itu pintar? Tapi kenapa dia seperti sedang bingung?

Beberapa pertanyaan tercetak jelas di benaknya. Minley, Nazar, dan juga Faisal datang dengan raut wajah super jahil.

Namun, rencana mereka bertiga gagal ketika ingin mengejutkan Dion karena Dion sudah hapal betul dengan langkah kaki teman-temannya. "Jangan berisik!" tegur Dion yang masih menatap ruang kelas X IPS 2.

"Kenapa, sih, lo hapal banget?" tanya Faisal curiga.

"Dinda ada di kelas sebelah," ucap Dion. Minley dan Nazar yang mendengar itu langsung menahan tawanya. Ucapan Dion mampu membuat Faisal bungkam.

Pandangan Dion pun beralih ke mereka bertiga. Dion mengajak mereka semua ke kantin pojok sekolah. Kantin pojok sekolah adalah salah satu kantin terfavorit mereka, di sana mereka dapat membeli apa yang mereka inginkan. Semuanya ada di sana, tetapi hanya digunakan untuk seorang anak dari pengusaha.

"Mili, Najong! Lo berdua suka sama Melan?" tanya Dion menyelidik.

Minley dan Nazar pun langsung bertukar pandang. Mereka sangat terkejut karena ternyata saingan mereka bukanlah Dion.

Nazar menelan salivanya berat. Apa yang harus ia katakan sekarang? Sedangkan Minley ia sudah pasrah. Saingannya adalah seorang Nazar---teman yang selalu menolongnya ketika susah.

Faisal mengangkat satu alisnya. "Jadi, lo berdua suka sama Melan?" ulang Faisal tak percaya.

"Gini, bro. Jadi, saingan kalian itu ternyata berat banget." Dion terlihat sangat yakin dengan ucapannya.

Nazar langsung bertanya, "Maksud lo?"

"Saingan lo itu ... mantannya kakak kandung Melan."

Mereka bertiga masih tidak paham dengan apa yang dikatakan Dion. Mereka tidak mengerti. "Maksudnya?" tanya Minley, Nazar, dan Faisal secara serempak.

"Saingan lo itu Alfin, mantan pacar si Maesah!"

"Apa?!"

Akhirnya bisa update😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya bisa update😭

Menjadi KAMU kangen nyapa kaliaaan🤧

Komen next kuyyy

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang