Dion mengacak rambutnya frustasi. Lagi-lagi Naura salah paham dengan apa yang dia lakukan. Sebuah hubungan pasti akan selalu ada pertengkaran, karena itulah jangan pacaran terlebih dahulu.
Orang tua melarang kita untuk pacaran karena memang itu adalah salah satu dosa kecil yang akan membuahkan dosa besar yaitu-zina.
Pacaran lah sesudah menikah, karena itu akan lebih baik. Tidak menimbulkan fitnah ataupun perbuatan yang akan merugikan diri sendiri dan juga nama baik keluarga.
Nazar datang bersama dengan Faisal dan juga Minley. Mereka berempat adalah teman sejati, kurang lebih sudah empat tahun ini mereka menjalin hubungan sebagai teman sejati.
Nazar mengangkat satu alisnya. "Kenapa lo?" tanyanya yang melihat tingkah aneh dari Dion.
"Naura hobinya ngambek mulu!" tutur Dion.
"Makanya pacaran aja sama si Melan," celetuk Minley yang di akhiri kekehan kecil.
Faisal mengacungkan kedua jempol tangannya. "Iya tuh, Bos. Bener kata Mili pacaran aja sama Melan."
Nazar menelan salivanya. Dalam hati dia bermonolog, "Melan cuma punya gue!"
"Ogah! Gue emang temenan sama dia, tapi bukan berarti gue tuh suka sama dia!" Dion memberikan senyum sinis.
"Lo pikir Melan suka sama lo?!" monolog Minley meremehkan.
Karena seorang wanita persahabatan mereka seperti sebuah kepalsuan. Sama-sama saling menusuk dari belakang.
***
Melan datang dengan menyunggingkan senyum. Hari ini dia tidak mendapatkan pembullyan yang setiap hari harus ia rasakan.
Entahlah, apakah ini ketenangan sebelum adanya badai besar.
"Kak Jer aku seneng banget hari ini, aku nggak dibully sama temen-temen," ucap Melan merasa bersyukur.
Melan sedang berada di dapur berniat menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri, tetapi ....
"Ngapain, lo?" tanya Maesah yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Kak Mae!" pekik Melan terkejut. "Melan mau masak, Kak Mae mau?" tawar Melan ramah.
"Gue makan masakan lo? Najis! Mending gue ngga makan dari pada makan masakan lo!"
Melan mencoba tegar dengan yang dikatakan oleh Maesah. "Kata Kak Jer masakan Melan enak, lho!"
"Dia yang buta karena ngomong masakan lo enak! Gue heran deh sama Kak Jer kok bisa bangga punya adek kaya lo?!" Maesah terlihat berpikir sembari menatap Melan dari bawah hingga ke atas. "Nggak ada yang bisa dibanggakan," sambungnya langsung berlalu pergi.
Melan tersenyum getir. "Kak Mae mau ngomong sama Melan aja udah seneng, kok."
***
"Zian!" panggil Maesah ketika sudah berada di kamar Zian.
"Zian! Ke mana lo?!" pekik Maesah. Dia mencari-cari keberadaan Zian dari tadi, tapi belum juga bertemu. "Di mana, Zian?" tanya Maesah sedikit khawatir.
Ponsel Maesah bergetar, ia kemudian langsung membuka pola ponselnya. "Alfin?"
Maesah mengetes suaranya agar terdengar lebih halus. Ia kemudian mengangkat teleponnya. "Halo?"
"Lo di mana?"
"Gue di rumah. Kenapa? Lo mau jalan sama gue?" tanya Maesah antusias.
"Gue mau ngomong sama adik lo."
"Zian ngga ada di rumah nanti--"
"Gue mau ngomong sama Melan."
Dengan raut wajah yang sudah memerah Maesah menuruti apa permintaan Alfin. Maesah menjauhkan ponselnya kemudian berkata, "Brengsek si gadis trasi!"
Itulah sebutan untuk Melan dari Maesah dan juga Zian. Padahal kulitnya tidak terlalu hitam, kalau dilihat lebih dekat senyum Melan cukup manis untuk memikat hati kaum Adam.
Jejaknya sayang, sayang♥️
Follow akunku juga hayuuk
DewibiruuSee you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Teen Fiction>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...