Melan membuka aplikasi wattpadnya, ia mencari akun penulis favoritnya karena habis menuliskan pengumuman baru.
Vote merupakan salah satu bentuk seseorang menyukai cerita kita. Sebagaimana pula jika pembaca berkomentar semua itu sangat berarti untuk seorang penulis pemula seperti saya.
Melan tertegun dengan apa yang dituliskan oleh penulis favoritnya. Dia sadar, selama ini menjadi silent reader. Ia kemudian melanjutkan membaca pengumuman itu.
Mungkin kalian belum tahu, betapa bahagianya seorang penulis jika mendapatkan support dari kalian. Saya memang tidak terlalu banyak berharap, tetapi jika semuanya menjadi silent reader bagaimana seorang penulis mengetahui ceritanya cukup menarik atau tidak? Saya harap dengan menuliskan ini banyak yang memberikan support untuk seorang penulis dalam bentuk vote ataupun komentar. Terima kasih:')
"Kesindir deh, Melan," monolog Melan.
"Melan ...," panggil Dinda sembari menepuk pelan pundak Melan.
Melan terkejut, hampir saja ia menjatuhkan ponselnya. "Iya, kenapa, Din?"
"Lo masih marah sama gue?" tanya Dinda. Ia kemudian memanyunkan bibirnya.
Melan menggeleng. "Aku nggak marah, kok."
Tiba-tiba suara tawa menggema di kelas X IPS 2. Suara dari Naura, Yasmin, dan April.
"Wah, penghianat temenan sama pelakor!" sindir April di akhiri gelakan tawa.
Naura bertepuk tangan. "Kalian ... sahabatan?" tanya Naura sembari menunjuk Melan dan juga Dinda.
Gelak tawa kembali terdengar, membuat Melan dan Dinda saling menatap heran.
Yasmin mengeluarkan senyum licik. Ia langsung berjalan ke arah Melan dan menarik rambutnya dengan kasar. "Argh!" erang Melan kesakitan.
"Minggir lo penghianat!" suruh Yasmin yang langsung menendang kaki Dinda.
Dinda terlihat marah karena Yasmin berani menendang kakinya. Ia langsung membantu Melan melepaskan jambakan---Yasmin.
"Lepasin Melan!" pinta Dinda.
Naura memberi kode kepada April. April pun langsung mengangkat kedua sudut bibirnya. "Let's go!" ucap April antusias.
April langsung memegang kedua tangan Dinda. Dinda mencoba berontak, tetapi tenaganya tidak cukup kuat.
Naura berjalan ke arah Dinda sembari memberikan senyum sinis. "Penghianat harus kita habisin!"
"JANGAN!" teriak seorang lelaki di ambang pintu. Suara siapa itu?
***
Zian menatap kosong kelasnya. Perdebatan semalam membuat Zian tidak bisa berpikir jernih. Sekarang ini Moza sedang marah karena perbuatan Maesah yang menyakiti temannya---Fahri.
"Kenapa lo?" tanya Maesah khawatir.
Zian berdecak, "Apa sih, Kak? Sana deh jangan deket-deket gue!"
Maesah mengernyitkan dahi bingung. "Lo kenapa, Zi?"
Zian melirik Maesah sekilas. Tatapannya kembali ke depan. Tanpa mengalihkan pandangan Zian berkata, "Gara-gara lo, gue berantem sama Moza."
"Emangnya gue ngelakuin apa? Gue salah apa sama Moza?!" Maesah tidak terima jika harus disalahkan.
"Pergi!" suruh Zian sembari menunjuk pintu kelas.
"Lo aneh, Zi." Maesah kemudian pergi sesuai dengan permintaan adik kesayangannya.
Zian menghela napas berat. "Gue butuh saran Kak Jer," lirihnya.
***
Semuanya tersentak kaget karena teriakan dari Faisal. Mereka semua merasa takut karena tiba-tiba ada salah satu orang yang cukup di segani di SMK Merpati.
Faisal berjalan dengan muka yang sudah memerah. "Lepasin Dinda sama Melan!" pinta Faisal to the point.
April menganga tidak percaya. Ada hubungan apa Faisal dengan Dinda dan juga Melan?
"LO SEMUA PUNYA TELINGA NGGAK?!" bentak Faisal. Mereka semua langsung sesegera mungkin melepaskan Dinda dan Melan.
"Makasih, Kak," ucap Melan dan Dinda secara serempak.
"Dinda, Melan, ikut gue!" Sebelum Faisal keluar dari X IPS 2 ia berkata, "sekali lagi gue liat kalian ngelakuin ini ... gue bakal laporin kalian ke BK!" ancam Faisal di akhiri dengan senyum sinis.
Ada hubungan apa ya?
Yuhuuu update lagi, nih. Semoga sukaaa🤧
Komen next kuyyy💆
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Teen Fiction>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...