Dalam tangis Melan terlelap begitu saja. Baru beberapa menit Melan tertidur, suara ketukan pintu membangunkannya.
Melan mengucek matanya, kemudian langsung membuka pintu kamar untuk mengetahui siapa yang malam-malam begini membangunkannya.
Ceklek!
"Kak Jer?" tanya Melan. "Kakak butuh sesuatu?" tambahnya.
Laki-laki yang Melan panggil dengan sebutan Jer itu bernama Jeremy. Ia tersenyum. "Gue laper," ucapnya sembari mengelus perutnya seperti orang hamil.
Melan terkekeh kecil. "Sebentar ya, Kak. Melan cuci muka dulu," ujarnya.
Jer mengangguk paham. Dia kemudian langsung pergi ke meja makan sembari memainkan ponselnya.
Maesah datang dengan mengerutkan keningnya. "Ngapain?"
Jer mendongak. "Gue laper, minta dibuatin makanan sama si Melan."
Maesah meringis. "Nggak salah lo? Nggak jijik gitu?" tuturnya.
"Ngapain jijik? Dia adik gue, kayak lo sama si Zian!"
"Serah lo dah!" ketus Maesah kemudian langsung menaiki anak tangga.
Tanpa sadar, Melan diam-diam menguping pembicaraan Kakaknya itu. Melan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mencegah bulir air mata yang siap meluncur. Melan kemudian mencoba tersenyum simpul.
"Nggak papa! Yang penting Kak Jer masih memihak Melan," batinnya.
Melan kemudian membawakan sup yang dibuatnya tadi. Wangi harum makanan seketika langsung masuk ke Indra penciuman Jer. "Enak nih," ujarnya antusias.
"Kak Jer nggak bosen muji masakan Melan terus?" tanyanya sedikit gugup.
Pergerakan Jer terhenti oleh pertanyaan Melan. Jer langsung menaruh sendok yang ingin dia gunakan tadi, kemudian menatap Melan kecewa. "Lo ini adik gue, Mel. Masakan lo emang enak. Salah gue muji gitu?"
Melan menelan salivanya. Kemudian menggeleng dengan kuat.
Jer menghela napas berat. Ia kemudian berdiri dan memeluk erat adiknya itu. "Lo jangan pernah ngomong gitu lagi! Kak Jer nggak suka," tutur Jer lembut.
Melan menundukkan pandangannya. "Maafin Melan, Kak."
Jer mengangkat dagu Melan pelan. Tatapannya dengan Melan kini sangat dekat. Manik mata Melan terlihat teduh, membuat lelaki di depannya ini prihatin atas perlakuan Ayahnya. "Kak Jer sayang sama Melan," ungkap Jeremy yang membuat Melan berhamburan ke pelukan Jer.
"Melan juga sayang sama Kak Jer. Melan nggak mau Kak Jer jauhin Melan kayak Ayah, Kak Mae, dan Kak Zian. Melan sayang kalian semua! Tapi, kehadiran Melan sepertinya menjadi beban untuk keluarga ini," papar Melan sembari sesenggukan.
Hatinya begitu sakit. Ia sungguh rindu dengan Ibunya. Melan tak kuasa menahan tangis ketika bersama dengan Jer. Hidupnya adalah Jer, jika Jer ikut menjauhi Melan, mungkin Melan tak sanggup untuk hidup lagi.
Jer mengecup puncak kepala Melan berkali-kali. Dengan sekuat mungkin Jer menahan tangisnya. Ia tak boleh terlihat lemah di depan adiknya. "Lo nggak usah khawatir! Gue nggak akan pernah biarin lo sendiri," ucapnya yang diangguki langsung oleh Melan.
*
Yasmin mengacak rambutnya kasar. Dia sangat membutuhkan uang untuk membeli rokok. Ia tak perduli jika bibir manisnya berubah menjadi warna hitam. Toh, cantik pun tidak akan menjamin semua laki-laki menyukainya. "Gue butuh duit, Anjing!" umpatnya kasar di pekarangan rumahnya.
"Lo butuh duit, Yasmin?" tanya seorang gadis yang sontak membuat Yasmin membalikkan badannya.
"Naura?"
Naura tersenyum. "Iya, ini gue. Kenapa?"
Yasmin menggelengkan kepalanya tak percaya. Dia mencubit lengannya sendiri berulang kali, namun tetap ada Naura di hadapannya. "Lo seriusan ada di sini? Rumah gue itu kumuh, Ra. Nggak sepantasnya lo ada di sini!"
"Nggak masalah! Yang penting kita bisa menjadi sahabat dekat," lontarnya yang membuat Yasmin menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Gue mau, lah! Jadi sahabat anak orang kaya itu enak, gue bisa minta di belanjain apapun semau gue!" paparnya yang membuat Naura sedikit risih.
Tinggalin jejaknya sayang♥️
Barangkali lupa aku ingetin, jangan lupa tebar kebaikan, ya.
Rekomendasikan cerita ini ke temanmu.
Temanmu? Semangatkuu.
Kamu? Kesayangan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Ficção Adolescente>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...