Sepuluh🐥

1.1K 103 8
                                    

Jeremy sedang berada di sebuah kampung yang terkenal dengan daerah hasil bawang merah terbanyak dan juga makanan ciri khasnya yaitu---telor asin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremy sedang berada di sebuah kampung yang terkenal dengan daerah hasil bawang merah terbanyak dan juga makanan ciri khasnya yaitu---telor asin.

"Kenapa nama desa ini Brebes?" tanya Jeremy yang sudah menyiapkan buku catatannya.

"Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Brebes. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Brebes berasal dari kata 'bara' dan 'basah', bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair," jelas kepala desa.

Jeremy mengangguk paham, ia kemudian mencatat sebagian kecil apa yang diucapkan kepala desa.

Jeremy memperhatikan pemandangan di sekitar Alun-alun Brebes. Tanpa di sengaja iris matanya bertatapan dengan seorang gadis yang cukup cantik. Senyum terukir jelas di bibir Jeremy, ia ingin menghampiri gadis itu yang berada di Masjid Agung Brebes.

Baru selangkah ia berjalan suara klakson menyadarkannya. "Mas liat-liat dong kalo mau nyebrang!" tegur seorang pengendara motor tersebut.

"Maaf, Pak!" Jeremy kemudian menyengir kuda.

"Nak Jer liatin siapa sampe kaya gitu?" tanya kepala desa yang biasa dipanggil dengan Pak Bejo.

Jeremy menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia kemudian berkata, "Ada cewek di dekat masjid tadi, Pak. Bajunya warna hitam dan roknya juga warna hitam. Dia juga pake kerudung sumpah sholehah banget, Pak Bejo."

"Oh ... itu namanya Fatiha, tapi ...." Pak Bejo menggantungkan ucapannya.

"Tapi kenapa, Pak?" tanya Jeremy yang mencoba mendesak Pak Bejo untuk melanjutkan kalimatnya.

"Dia sudah janda. Dulu, dia sudah mempunyai dua anak, tetapi semuanya meninggal ketika sudah terlahir dan hidup selama beberapa waktu saja."

"Lalu suaminya?" tanya Jeremy yang belum puas dengan jawaban Pak Bejo.

Pak Bejo menghela napas berat. Ia memejamkan matanya sebentar kemudian membukanya kembali. "Suaminya meninggal ketika anak kedua mereka ingin lahir. Musa juga anak yang sholeh, tetapi takdir tidak memihak Musa dan juga Fatiha. Ketika Musa ingin pergi ke rumah sakit, karena Musa tidak berhati-hati ia tertabrak sebuah mobil pribadi."

"Lalu pelakunya?"

Pak Bejo mengambil napasnya dalam-dalam kemudian ia mengeluarkannya perlahan. "Nak Jer suka sama Fatiha?"

Deg!

***

Sebuah vas bunga dibanting, membuat tangan Melan gemetar. Maesah berjalan menghampiri Melan dengan raut wajah yang sudah tertebak kalau dia cemburu berat.

Maesah mendorong Melan ketika sudah dekat dengan dinding kamar. Ia menjambak rambut Melan dengan kuat sembari bertanya, "Ngomong apa Alfin sama lo?!"

Entah kenapa lidah Melan susah sekali untuk berucap, ia terlalu takut dengan Maesah. Maesah selalu cemburu dengan Melan, dia pikir Melan terlalu disayang oleh Rian.

Jambakan itu semakin kuat. "Kenapa bengong lo?!"

"Sa-kit, Kak," ucap Melan sembari meringis. Matanya terpejam mencoba untuk menghilangkan rasa sakit itu.

"Sakit lo bilang? Gue yang lebih sakit di sini! Lo dapetin apa yang lo mau karena lo anak bungsu!" Maesah melepaskan jambakan itu ia mengerjapkan matanya berkali-kali agar tidak menangis.

Melan merasa bersyukur karena jambakan itu sudah terlepas, ia kemudian tersenyum. "Kak ... kakak salah paham---"

"Jangan berkelit lo! Pembohong!" bentak Maesah tepat di telinga Melan. "Ngomong apa Alfin sama lo, hah?!"

"Kak Al-fin cu-ma nanya kabar Me-lan," ucap Melan terbata-bata.

Maesah menaikkan satu sudut bibirnya. "Nggak puas jadi pelakornya Naura? Sekarang lo mau rebut Alfin dari gue?"

Melan meremat roknya kuat. Bagaimana bisa Maesah tahu tentang masalahnya dengan Naura?

"Kaget?" tanya Maesah. "Berhenti jadi pelakor! Dasar aib keluarga!"

Tes!

Bulir air mata turun kembali di kamar yang dulu di tempati ibunya---Refina.

"Dasar cengeng!" Maesah kemudian pergi begitu saja. Ia menutup pintu kamar dengan keras.

Melan seperti menggigil. Dalam hati ia berteriak, "AKU BUKAN PELAKOR!"

 Dalam hati ia berteriak, "AKU BUKAN PELAKOR!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asik nihhh aku mulai rajin update, yuhuuu.

Semoga suka yapp, komen next, kuy!

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang