Naura menghubungi Yasmin dan April malam ini. Ia mempunyai rencana yang begitu bagus, tetapi kedatangan Yasmin berbeda dengan apa yang ingin disampaikan Naura.
Naura sudah senang sekali dengan rencananya ini, ia sangat takjub kepada dirinya sendiri karena bisa berpikir dengan sangat cerdas.
"Ngapain lo ngajak ketemuan malem-malem begini?" tanya April serak.
"Kenapa lo berdua tadi pagi nggak berangkat? Kalian pikir lucu?!" tanya Naura sedikit berteriak.
Yasmin menelan salivanya. Ia sangat kebingungan sekarang ini. Bagaimana keadaan ayahnya sekarang? Itu adalah pertanyaan yang ada dalam benak Yasmin.
"Lo kenapa, lagi?" tanya Naura sinis.
"Gue butuh duit, Ra," ucap Yasmin terlihat memelas.
April tidak perduli dengan dua gadis yang ada di sampingnya. Tatapannya masih kosong memikirkan sahabat kecilnya yang sampai sekarang belum menghubunginya atau berjumpa dengannya sama sekali.
"Duit? Matre banget, lo! Kemaren minta duit, sekarang minta lagi. Lo pikir gue temenan sama lo cuma mau ngasih lo duit?!" sentak Naura kepada Yasmin.
Yasmin menggeleng tak percaya. Dia baru kali ini melihat Naura marah kepada dirinya.
"Gue bukan matre, Ra. Gue cuma---"
"Cuma apa?!" potong Naura.
"Ra ... kalo gue orang kaya, gue juga nggak mau ngemis-ngemis kaya gini! Gue orang miskin, Ra. Gue nggak bisa dibanggain, tapi ...." Yasmin menggantungkan ucapannya. "Lo bisa bantu gue, 'kan?" sambungnya.
Naura tersenyum miring. Ini memang kesempatan yang sangat bagus untuk dirinya. "Bisa."
Yasmin terlihat begitu bahagia dengan jawaban Naura. Ia sangat takjub mempunyai seorang teman yang begitu baik dengan dirinya.
"Tapi, ada syaratnya," ucap Naura.
Seketika senyum yang ada pada bibir Yasmin langsung pudar. April masih saja tak menggubris Naura dan juga Yasmin.
Yasmin mengerutkan keningnya. "Syarat? Apa?" tanya Yasmin yang mulai was-was dengan syarat yang akan diberikan.
"Gue mau ... lo buat Melan sakit!" perintah Naura tersenyum smirk.
"Siap itu, mah. Dari dulu kan gue udah ngelakuin apa yang---"
"Gue mau dia sakit mental!" potong Naura cepat.
April yang sedari tadi tidak perduli pun akhirnya ikut bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Naura.
"Caranya?" tanya Yasmin dan April secara serempak.
"Sakitin Melan secara perlahan, buat dia seperti di dunia ilusi. Biarin dia berhalusinasi, mendengar, bahkan ngeliat orang yang sebenernya nggak ada," tutur Naura.
April seketika teringat dengan salah satu penyakit mental health. Ia pun bertanya, "Skizofrenia?"
"Yaps! Kita kerjain dia biar orang-orang pada mikir kalo Melan itu gila!" tawa Naura pun pecah.
Yasmin dan April hanya menelan salivanya berat. "Oh, shit!" batin Yasmin.
***
Faisal sedang bersama dengan Nazar. Mereka berdua memang begitu dekat dari pada dengan yang lainnya.
Faisal memijat pelipisnya, mengambil sebotol air mineral dan menenggaknya sampai habis.
"Habis maraton, lo?" tanya Nazar yang masih asik dengan kacangnya.
Faisal mengucap hamdalah karena masih bisa minum sebotol air mineral penuh. "Gue lagi pusing!" ungkap Faisal.
Nazar mengerutkan keningnya tak paham. "Pusing kenapa?"
"Gue kan pacaran sama Dinda udah mau satu tahun, tapi ... gue belum ngomong itu sama April," tutur Faisal jujur.
"Goblok!" umpat Nazar kasar. "Dia sahabat lo, kenapa nggak ngomong dari awal? Lo pikir, deh, gimana kalo nyatanya si April suka sama lo?" tanya Nazar menimpali.
Faisal menggeleng pelan. "April nggak suka sama gue. Kita kan sahabat, masa April suka sama gue? Aneh."
Nazar menjitak kepala Faisal keras. "Lo dengerin gue, ya! Dalam hubungan persahabatan antara cewek sama cowok, mesti salah satunya memiliki rasa tersendiri!"
"Yeee! Lo pikir kaya orang-orang gitu? Hubungan gue sama April beda, lah. Nggak ada yang memendam rasa diantara kita," kilah Faisal tak percaya.
"Kalo nyatanya April diam-diam suka sama lo, gimana?"
Gimana ulangannya lancar?
Part ini nyambung gayaaa? Nyambung dah👍🏿
Komen next skuy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Teen Fiction>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...