Tertekan dengan keadaan, haha.
—Aku—
***
Rian panik dengan kehadiran Syila. Bagaimana bisa Syila keluar dari kamarnya. Padahal, ancaman yang selalu ia buat itu membuat Syila sangat ketakutan.
Zian dan Maesah sudah tiba di sana, seorang gadis yang sedang menangisi Melan membuat mereka bertanya-tanya. Ada hubungan apa gadis itu dengan Melan?
Rian menarik kasar tangan Syila. Akan tetapi, Syila melepaskan genggaman itu dengan kasar. Pergelangan tangannya memerah karena ulah Rian. Namun, Syila enggan perduli. Ia lebih khawatir dengan keadaan Melan.
"Ayah, Melan kenapa? Terus siapa cewek itu?" Zian bertanya.
Maesah hanya mengangguk, penasaran juga dengan gadis tersebut. Namun, Rian hanya berdecih melihat mereka sok perduli kepada Melan.
"Lebih baik saya usir anak kotor ini!" Rian berdesis membuat pupil Zian dan Maesah membulat sempurna.
"Apakah Anda benar-benar seorang Ayah?"
Pergerakan Rian yang mencoba untuk menarik tubuh Melan terhenti karena kedatangan Jeremy.
***
Naura menenggak sebotol air mineral itu hingga kandas. Wajahnya memerah menandakan dia benar-benar marah. Botol itu ia banting membuat Dion tersentak kaget.
Naura mengerang sembari memegangi pipinya yang memerah. Kecantikannya kini sudah hilang karena ulah dari Melan. Gadis itu membuat Naura naik pitam.
Dion mencoba untuk menenangkan kekasihnya. Akan tetapi, Naura mendorong Dion hingga terjatuh. Naura masih tidak sadar bahwa perlakuannya sudah melewati batas kesabaran Dion.
"Ra!" panggil Dion dengan keras.
Naura tersadar dari lamunannya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. "Iya, Ny?"
"Kamu pikir aku bukan manusia yang bisa seenak jidatnya kamu kendaliin? Aku capek, Ra! Aku pengen nyerah, tapi hati aku masih milih kamu. Aku emang bodoh, kenapa bisa secinta ini sama seseorang yang bahkan menganggap aku hanya sebatas boneka baru!" Dion menarik napas dan mengeluarkannya dengan kasar.
Setelah mengeluarkan unek-unek yang selama ini melekat dalam hatinya, Dion langsung berlalu pergi.
Naura memandangi Dion yang semakin lama semakin menjauh. Air mata Naura sudah berlinang, hari ini dua orang yang ia kira sangat lemah kali ini mengeluarkan emosinya.
"Melan dengan tamparannya dan Dion dengan ucapannya." Naura tersenyum miris mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Memang tidak sepatutnya Naura meluapkan amarahnya kepada Dion.
***
Jeremy menatap ayahnya dengan begitu marah. Ia benar-benar tidak menyangka ternyata ayahnya begitu tega kepada putri kandungnya sendiri.
Jeremy sebenarnya penasaran juga dengan gadis yang sedang menangisi Melan. Akan tetapi, ia lebih memilih untuk membawa Melan ke kamarnya.
"Dia itu anak yang kotor! Anak yang ngga pernah bisa menjadi kebanggaan!" Rian berteriak ketika jarak antara Jeremy dengan dirinya sudah cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Genç Kurgu>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...