Sangalikur🎀

676 55 7
                                    

Aku ngga seberuntung kamuKamu juga ngga seberuntung aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ngga seberuntung kamu
Kamu juga ngga seberuntung aku

***

"Ngga tau diri."

Mata Melan membulat sempurna mendengar kalimat itu keluar dari mulut Jeremy-kakak kesayangannya. Begitu pahit rasanya ketika dirinya selalu disalahkan orang lain.

Melan menelungkupkan wajahnya di atas meja belajarnya yang ia buat sendiri. Membayangkan wajah Jeremy yang begitu marah terhadapnya. Melan tentu saja merasakan sakit yang begitu dalam, rasanya begitu perih.

Ketika selalu disalahkan atas semuanya, ketika selalu diancam oleh kakak sendiri, ketika diperlakukan tidak adil oleh Rian-ayahnya. Semua kekesalan mereka selalu dilimpahkan kepada dirinya.

"Tuhan, kenapa Melan yang selalu disalahin? Apa cuma Melan yang salah?" Melan menatap cermin sebentar, melihat wajahnya yang semakin buruk rupa ia langsung menelungkupkan wajahnya kembali.

"Harusnya lo ngga bersikap kek gitu sama Kak Jer." Zian sudah berada di ambang pintu, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

Melan mendongak, mendengarkan kata demi kata yang Zian katakan. "Melan cuma nepatin janji, Kak Zi."

"Janji? Janji apa lagi? Lo terlalu banyak janji, sampe-sampe lo lupa janji lo sama Kak Jer."

Melan terdiam sejenak lalu berkata, "Melan ngga pernah ada niatan nyakitin Kak Jer ...."

"Apapun yang lo pilih, semua itu adalah balasannya." Zian pergi meninggalkan Melan yang kemudian menundukkan kepalanya.

"Kak Zi bener ...." Melan menggantungkan kalimatnya, "semua ini, salah Melan," ujar Melan seraya tersenyum pahit.

***

Cuaca begitu mendung. Dinda masih setia menunggu sang kekasih. Sudah dua setengah jam Dinda menunggu, tetapi tak ada sosok Faisal di manapun.

Tetesan demi tetesan seketika turun, membasahi pipi Dinda yang kini mendongakkan kepalanya ke arah langit. Dalam hati ia berharap agar hujan datang setelah Faisal tiba. Namun, do'anya ternyata tidak dikabulkan. Hujan langsung saja mengguyur taman Berla.

Dinda masih enggan untuk beranjak dari sana, ia masih setia menunggu kedatangan sang kekasih. "Mungkin macet." Dinda mencari plastik yang ia simpan di dompetnya, ia memasukkan ponselnya ke dalam kantung plastik agar tidak terkena air.

Tiga jam telah berlalu, Dinda memeluk dirinya sembari celingukan mencari sosok Faisal. Masih saja tidak ada tanda-tanda keberadaan Faisal. "Kamu di mana, Fa?"

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang