Tanyakan kepada hatimu sendiri, jika menurutmu ia pantas, bertahanlah.
***
Lagi dan lagi Melan merenung di kamarnya sendirian, hanya air mata yang menjadi pendampingnya. Di hari libur ini Melan merasa hatinya begitu sesak.
Tidak disangka, hari ini adalah hari Ibu. Hari di mana semua Ibu menginginkan sebuah ucapan dari anak-anaknya untuk sekedar mengucapkan kalimat itu untuknya. Kalimat yang selalu mereka rindukan setiap tahunnya, kalimat yang mengungkapkan rasa sayang seorang anak kepada mereka.
"Melan iri sama orang-orang yang berani ngungkapin kalimat 'Selamat Hari Ibu'. Mereka semua hebat, banyak anak-anak yang malu untuk sekedar mengungkapkan kalimat itu. Kalo Ibu Melan masih hidup, Melan juga belum tentu berani ngucapin itu," ucap Melan dengan air mata yang sudah berlinang.
"Untuk kalian yang mikir Melan nggak punya Ibu itu salah. Melan punya Ibu, kok. Tapi, Ibu udah pergi dulu, karena Tuhan lebih sayang sama Ibu. Ibu ... selamat hari ibu ya, Bu. Semoga Ibu tenang di alam sana, di surga-Nya bersama orang-orang baik yang lain." Melan kemudian mengaminkan do'anya itu.
Hembusan angin kembali menerpa wajah Melan, mengingatkan akan kejadian kemarin, di mana temannya Nisa berkunjung untuk bertemu dengan dirinya.
Melan kira, Nisa akan seperti dulu, teman yang pendiam yang selalu tersenyum ketika melihat Melan, tetapi hari itu semuanya berubah. Senyum yang terpatri di bibir Nisa hanyalah sebuah senyum palsu.
*Flashback On
"Nisa kamu ke sini?" tanya Melan sembari geleng-geleng kepala tak percaya.
Nisa tersenyum. "Iya, gue ke sini buat ngomong sesuatu sama lo."
"Duduk aja, Nis. Aku ambilkan air dulu, ya," ucap Melan mencoba pergi, tetapi dicegah oleh Nisa.
"Ngga usah!" ucap Nisa. Ia kemudian berdiri sembari memberikan tatapan penuh kebencian kepada Melan. "Ngga usah so baik, ngga usah so asik! Gue tegasin sama lo, jauhin Nazar!" pinta Nisa.
"Na-zar?" tanya Melan mengulang.
"Please, berhenti jadi pelakor, Melan! Tanpa lo sadari, meski lo cantik atau jelek banyak cowok yang suka sama lo. Dan gue ngga mau kalo Nazar kecantol sama lo!" Nisa pun langsung pergi tanpa memikirkan perasaan Melan sekarang ini.
*Flashback off
"Melan ngga mau dituduh jadi pelakor terus, Melan bosen. Apa Melan harus cari pacar?" tanya Melan dalam benaknya.
***
Naura sedang menunggu April dan Yasmin di sebuah taman. Dirinya yang tidak sabaran mondar-mandir tak karuan. Ia menggigit ujung kuku telunjuknya setelah itu melihat arloji yang ia kenakan.
"Udah jam sepuluh mereka belum juga dateng?!" tanya Naura dengan nada marah.
"Ra!" teriak Yasmin dan April bersamaan.
Naura langsung mengambil napas dalam kemudian mengeluarkannya kasar. "Dari mana aja kalian? Kalian pikir waktu gue ngga berharga?!"
Yasmin dan April menundukkan kepalanya takut.
"Kita dari--" ucapan April terpotong.
"Ngga usah jelasin apa-apa. Gue cuma mau nanya gimana rencana kalian buat bikin Melan sakit?!" tanya Naura.
Yasmin langsung angkat bicara, "Gue nggak bisa."
"Kenapa? Semua keinginan lo udah gue penuhin, kini giliran lo balasbudi!" tekan Naura tajam.
"Gue nggak bisa, Ra!" ucap Yasmin sedikit berteriak.
Naura berlagak seperti sedang meludah. "Cih, miskin ngga tau balasbudi!"
"Lo tau, Ra? Tindakan lo itu udah kelewat batas, itu tindakan kriminal. Gue nggak mau!" Yasmin dengan jelas menerangkan.
"Kriminal? Tau apa lo tentang kriminal? Gue peringatin sama lo, kalo lo nggak buat Melan sakit ... gue bakal nyuruh anak buah gue nagih semua hutang lo!" ancam Naura dengan nada sengit.
April hanya diam mendengarkan tanpa berani mengucapkan sepatah-katapun.
***
April bersenandung kecil sembari mendengarkan lagu tentang persahabatan. Tanpa permisi, Faisal tiba-tiba masuk dan mengejutkan April.
"Prilly!" ucap Faisal sembari berlagak seperti mengagetkan seseorang.
"Oemgi!" pekik April sembari mengatur deru napasnya. Jantungnya berpacu begitu cepat seperti mengalami penyakit jantung.
"April? Lo kenapa?!" Faisal terlihat khawatir sekarang ini. Ia kemudian langsung mengambil segelas air. "Minum dulu!"
April pun merasa lega. Ia sangat bersyukur karena dirinya masih bisa menyembunyikan penyakit yang selama ini diderita oleh April.
"Lo kenapa, sih? Ko sampe gitu banget?" tanya Faisal bertubi-tubi.
"Lo bego atau gimana, sih? Lo yang tadi ngagetin gue, bukannya minta maaf malah nanya!"
"Gue minta maaf soal itu, Prilly. Gue janji nggak gitu lagi, tapi kayaknya jantung lo ...."
April mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"
"Jantung lo bermasalah?" tanya Faisal.
April membelakangi tubuh Faisal. Ia kemudian mengelap peluh yang ada di pelipisnya. "Gue--, gue nggak papa, lagi!" elak April.
"Tapi, kok?"
"Tapi apa? Lo udah putus sama Dinda?"
Yuhu, update dong 🤗
Komen next skuy😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Fiksi Remaja>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...