Perihal rasa yang tak pernah ada, hanya perasaan kelabu yang selalu menjelma.
***
Panik.
Hanya itu yang yang sedang dirasakan Faisal. Melihat April pingsan, Faisal langsung membawanya ke rumah sakit. Ada sesuatu yang selama ini telah April sembunyikan. Sebentar lagi, Faisal akan mendapatkan jawaban dari pertanyaannya selama ini.
Faisal mengacak rambutnya kasar. Ia pikir semua ini adalah salahnya. Sepertinya, Faisal sudah salah untuk memutuskan. Dokter yang memeriksa April pun akhirnya keluar.
"Keluarga pasien?"
"Saya saudaranya, Dok." Faisal sudah dianggap saudara oleh keluarga April. Tak heran jika Faisal menganggap dirinya adalah saudara di depan dokter.
Raut wajah dokter itu cukup membuat Faisal membatin, "Semoga Prilly ngga papa."
"Gimana keadaan April, Dok?" Jantung Faisal berpacu dengan sangat cepat. Khawatir dengan sahabatnya itu.
Dokter itu terlihat lesu, nampaknya ada kabar buruk. "April mengalami jantung koroner."
Faisal ambruk. Dia tidak dapat lagi menopang dirinya sendiri. Penyakit yang diderita April sangatlah berbahaya karena dapat merenggut nyawanya. "Sahabat macem apa gue? Di saat April butuh pendamping buat ngelawan penyakitnya, gue malah nyoba buat pergi. Bodoh!" umpat Faisal.
***
Tak ada sosok Melan di manapun. Namun, tiba-tiba Melan datang tanpa melirik Jeremy sedikitpun. Kesabaran Jeremy mulai habis, dia tidak menyangka ternyata adik kesayangannya itu seperti tidak mengharapkannya untuk kembali.
Rian menyunggingkan senyumnya, licik. Rencananya akan berhasil lagi. Seorang Rian tidak pernah gagal dalam menghadapi pasien-pasiennya apalagi hanya masalah sepele tentang bocah ingusan.
"Saya ingin, jangan tampakkan diri kamu besok."
Perkataan Rian masih terngiang jelas di otak Melan. Melan sengaja untuk pura-pura mengambil air agar bisa berjumpa dengan Jeremy tanpa mengatakan sepatah katapun. Rasa rindu yang selama ini ia pendam, kini rasanya semakin berkurang. Meski hanya sekadar tatapan, entah dari mana kekuatan itu datang.
Dengan sengaja Rian menunjukkan pada Jeremy bahwa Melan terlihat tak perduli. Hatinya semakin tersayat, mendapatkan perlakuan yang tak adil berulang kali.
"Melan!" panggil Jeremy nampak senang.
Senyum terukir jelas di bibir Melan, hitungan detik senyuman itu ia sembunyikan. Melan bersikap tak acuh kepada Jeremy dengan cara berjalan begitu saja tanpa berbalik ke hadapan Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Novela Juvenil>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...