Faisal datang ke rumah April berniat untuk mengatakan bahwa Faisal sudah mempunyai kekasih. Ia akan menerima apapun hukumannya jika April marah kepadanya.
April sedang berada di balkon kamarnya, menatap langit malam yang hari ini tanpa bintang. Bulan pun bersembunyi di balik awan, mengibaratkan perasaan April yang sedang bersembunyi di balik kata sahabat.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu tidak April hiraukan. Ia masih setia menatap langit malam bersama dengan menikmati semilir angin yang begitu dingin. Bahkan sampai terasa menembus ke tulang rusuk.
"April," panggil Faisal dari luar kamar.
April mengedarkan pandangannya sejenak, ia pun menatap pintu yang masih setia berbunyi itu. "Masuk!" ucapnya.
Faisal terkejut bukan main. Jadi, pintu kamar April tidak terkunci? "Sial!" batin Faisal.
"Tumben banget ngga ngunci kamar? Tau ya gue mau main?" tanya Faisal menebak-nebak.
April menatap sendu pria yang ada di depannya. Ia kemudian berkata, "Sejak kapan lo sama Dinda?"
Faisal bungkam. Ia sudah terlambat, benar apa yang dikatakan oleh Nazar. Lambat laun April akan mengetahui ini semua. Sama seperti halnya jika ada pencuri. Sehebat-hebatnya pencuri pasti akan meninggalkan jejaknya. "Dari mana lo tau?" tanya Faisal.
April menarik kerah baju Faisal. "Gue lo anggep apa sih, Fa? Lo anggep apa?!" tanya April yang kemudian langsung melepaskan tangannya kasar.
"Lo sahabat gue, Prilly. Gue cuma bingung mau ngomong gimana sama lo." Faisal terlihat memelas.
"Bingung? Bingung kenapa? Bingung kalo gue tuh suka sama lo, gitu?" tanya April sedikit berteriak.
Faisal mengangguk. Sebelum ia berbicara, ucapannya sudah dipotong oleh April. "Gue emang SUKA sama lo, Fa!" ungkap April dengan menekankan kata suka.
Raut wajah Faisal berubah drastis. Ia mengulang kembali apa yang ia dengar tadi. "Lo suka sama gue?"
***
Faisal sudah tiba di rumahnya. Ia memikirkan penuturan April yang masih terngiang jelas di otaknya.
"Gue emang SUKA sama lo, Fa!"
"Gue emang SUKA sama lo, Fa!"
"Gue emang SUKA sama lo, Fa!"
Perkataan April mampu mengombang-ambing perasaan Faisal. Kenapa dia tidak pernah bertanya kepada April tentang perasaannya kepada dirinya? Kenapa?
"Argh!" erang Faisal sembari mengacak rambutnya kasar.
"Gue bingung, gue harus gimana? Siapa yang harus gue pilih? April sahabat gue atau Dinda gadis yang gue cintai?!" Sesudah berkata begitu Faisal lebih memilih untuk mandi agar tidak terlalu stress.
***
Keluarga Rian bersiap untuk makan malam. Hari ini, Melan diperbolehkan untuk makan malam bersama.
Melan hanya di bolehkan untuk makan bersama jika ada kegiatan yang cukup penting. Contohnya seperti PAS.
Melan menikmati makanannya dengan hikmat. Memandang lekat kakak-kakaknya dari jarak dekat ini membuat hati Melan menghangat.
"Bagaimana dengan PAS kamu, Melan?" tanya Rian memecahkan keheningan.
"Melan dapet 0 tadi, Yah. Melan ngerjain PAS-nya asal-asalan padahal Melan tau jawabannya apa," ucap Melan.
Zian menatap Melan bingung. "Kak Zi kenapa?" tanya Melan.
"Kalo lo tau jawabannya apa ... ya nggak mungkin ngasal. Dasar pembohong!" oceh Zian.
Melan tersenyum kikuk. Betul apa yang dikatakan oleh Zian. Jika Melan tahu jawabannya kenapa mengerjakannya asal?
"Pembacotan doang itu, mah. Caper!" ujar Maesah sembari mengelapi mulutnya menggunakan tisu.
"Tapi aku nggak bohong kok, Kak. Ayah---" Melan menghentikan ucapannya karena tatapan tajam dari Rian. Ia lebih memilih melanjutkan makan.
"Ayah kenapa?" tanya Zian kepo.
Melan menggeleng.
Zian menatap Rian curiga. Sedangkan Maesah dan Rian saling tersenyum miring.
Yuhuuu update🤧
Jangan sungkan untuk ngerekomendasiin cerita ini, ya😍
Komen next, kuy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi KAMU [Selesai]
Ficção Adolescente>> SAD + ROMANCE << "Kalo itu keinginan Ayah ... Melan bakal turutin." Aku atau adikku yang dikorbankan? Melan-itu adalah panggilanku. Akan tetapi, tidak untuk keluargaku. Aku kira aku adalah anak bungsu, tapi ternyata aku salah. Cemoohan setiap har...