Lima👶

1.4K 132 16
                                    

Zian memarkirkan motornya di pekarangan rumah Rian bersama dengan sang kekasih---Moza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zian memarkirkan motornya di pekarangan rumah Rian bersama dengan sang kekasih---Moza.

Moza menatap keindahan rumah yang di penuhi dengan berbagai macam tanaman lokal dan juga beberapa yang impor. Lampu taman yang masih menyala di siang bolong membuatnya semakin takjub dengan kemewahan rumah calon mertuanya nanti.

Rian langsung merangkul Moza yang sedang terperangah dengan rumah yang minimalis itu. "Heh, jangan lebay, deh!"

Netranya berbinar sangat bahagia, sehingga hanya membalas ucapan kekasihnya dengan senyumannya itu. Namun, tiba-tiba sorot matanya terfokus pada seorang gadis yang sedang menggunting rumput liar.

"Dia siapa, Zian?" Matanya memicing curiga.

Zian menelan salivanya. Bodoh sekali tidak memerintahkan adiknya itu untuk tetap di dalam kamar. "Itu ... anak tetangga, biasa butuh duit jadi bantu-bantu nyokapnya. Lumayan kan dapet duit."

Tes!

Melan yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut kakaknya sendiri hanya bisa menangis. Isakannya pun ia tahan agar kekasih kakaknya tidak curiga. Melan tidak mau kalau hubungannya akan kandas karena kebohongan kakaknya sendiri.

"Gue kirain lo selingkuh!" tuturnya di akhiri kekehan yang membuat Zian pun ikut terkekeh.

"Ya kali pacaran sama pembantu, jelek pula!" Zian dan Moza pun berlalu masuk meninggalkan gadis dengan usia 15 tahun itu sendirian.

Melan mencoba tetap tegar, tak apa. Untuk kebahagiaan kakaknya ia pun rela jika dianggap menjadi pembantu. Apa salahnya seorang pembantu? Ia membantu tuannya yang membutuhkan bantuan? Lalu, ia juga bekerja dengan cara yang halal. Kenapa pembantu dianggap rendah?

Bukankah seharusnya mereka berterima kasih karena adanya seorang pembantu? Tanpa mereka apa orang kaya bisa mengurus rumahnya sendiri? Mungkin ada, tetapi hanya beberapa.

"Melan ...," panggil Jer yang entah sejak kapan sudah berada di depannya.

Melan mengerjapkan matanya dengan mengatur napas pelan. "Kak Jer ngagetin aja!" gerutu Melan sembari mencebikkan bibirnya.

"Lo kenapa, sih? Gamon? Atau ... lo iri ya sama Zi?" Jer menarik turunkan alisnya menggoda Melan.

Melan berdecak, "Ih, bukan gitu. Gamon emangnya Melan pacaran sama siapa? Emangnya ada yang suka sama Melan?"

"Iya juga, mana ada yang suka sama adik bego begini," ucap Jer yang langsung dibalas tatapan tak suka oleh Melan.

"Auah." Melan bersedekap dada seraya membatin, "Apa-apaan kek gitu."

Ada apa dengan fisik? Mengapa semua orang selalu menganggap orang-orang yang cantik itu adalah kesempurnaan yang hakiki?

Bukankah semua manusia sama? Di berikan otak oleh Tuhan yang maha kuasa? Kalau fisik masih saja di hina, apa bedanya mereka dengan hewan yang tidak memiliki akal?

Jer menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sepertinya dia sudah salah ucap. Gadis kecilnya selalu tersinggung kepada ucapannya, tetapi ketika kakak yang lain yang jelas-jelas menyinggungnya ia tak merasa jengkel atau apapun sejenisnya. "Kak Jer minta maaf."

"Melan juga cuma bercanda. Oh, iya ... Kakak kenapa nggak berangkat kuliah?" tanya Melan menyelidik.

"Kak Jer minta maaf. Mulai hari ini Kak Jer bakal ikut KKN." Jer menghela napas berat. "Maafin Kak Jer nggak bisa bantuin kamu ...."

Melan terkejut bukan main dengan apa yang dikatakan oleh Jer. Ia kemudian mendongakkan kepalanya ke atas agar tidak menangis. Sungguh Melan sangat khawatir, bagaimana jika tidak ada Jer di sisinya? Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Melan memejamkan matanya sebentar. Menguatkan hatinya agar tetap kuat. Ia mampu melewati ini semua. "Kak Jer jangan cemas! Melan bisa jaga diri, berapa lama Kak Jer KKN?" tanya Melan. Sorot matanya terlihat sendu.

"Kurang lebih tiga bulan. Apa kamu ikut aja sama Kak Jer?" Jer tersenyum meyakinkan gadis yang ada di depannya ini.

Melan tertawa. "Kakak ini gimana? Masa KKN bawa-bawa aku ga jelas banget!"

"Kak Jer jangan khawatir! Melan udah gede. Kakak jaga diri baik-baik, ya. Awas aja. Oh, iya ... Kakak jangan cari pacar dulu, pokoknya jangan!" tegas Melan memaksa.

Jer mengerutkan keningnya. "Emangnya kenapa?"

"Cariin Melan pacar yang ganteng dulu," godanya membuat Jer langsung menjitak kepala gadis kecilnya itu.

"Cariin Melan pacar yang ganteng dulu," godanya membuat Jer langsung menjitak kepala gadis kecilnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa kasih jejaknya sayang, hehe.

Bantu rekomendasiin ke temen-temen hayuuk!

See you next part!♥️

Menjadi KAMU [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang