21. Hanya Mimpi🐥

5.1K 738 128
                                    

Mari ucapkan astagfirullah karena urang telat update lagi😣

Yoyoyoyowassap mamen, kambek dengan kisah YoNa yang absurdnya anjim banget😈

Setia menunggu? Pengennya sih part 35 atau 30'an udah tamat, t-tapi---- URANG TEH MASIH SUKA SAMA KARAKTER MEREKA MASA😭

Oghey, biarkan cerita ini berjalan sampai urang mentok pisan dengan idenya. G mau ngebacot banyak diawalan, nanti aja diakhiran🔪

Satu lagi, kalian baik-baik aja kan? Gak depresi karena sekolah masih onlien, kan? Urang mah udah hampir stress gara-gara sekolah jaman sekarang😭

Sudahi semua ini miskah😤

KOMENNYA SIST JANGAN LUPA🍉

Kuy, cekidot🎬

Kuy, cekidot🎬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐥🐥🐥

Mata yang melotot, cipratan darah yang berceceran, rambut kusut yang lengket, dan leher yang dipotong gitu aja masih terbayang-bayang oleh ingatan gue. Apalagi bibirnya yang disayat hingga memunculkan luka-luka semakin membuat penampakannya begitu menyeramkan.

Saat ini, dijam lima sore, gue masih termenung di kamar, sendirian. Gak ada Abel yang menemani karena bocah itu ikut dengan Mbak Gea ke tempat Gevano bekerja.

Setelah insiden tadi pagi, gue memutuskan untuk mengurung diri didalam kamar. Gak peduli sama Mbak Gea yang ngotot ajak gue jalan-jalan, gue menolak ajakannya dengan alasan lagi pengin sendirian. Iya, gue masih kepikiran potongan kepala tadi. Mbak Gea juga membawa potongan kepala itu ke kantornya Gevano. Untuk apa? Ya gue juga gak tahu lah.

Ah, karena insiden tadi, gue bener-bener jadi sensitive.

Drtttt drtttt

Gue mengalihkan perhatian ke arah ponsel yang tergeletak di samping, melihat nama Gevano yang tertera disana.

Helaan napas gusar lolos dari bibir gue. Apaan sih dia nelfon-nelfon? Udah tahu gue gak mau diganggu!

Tangan gue segera menggeser tombol merah, mengabaikan panggilan darinya.

Drttt drtttt

Lagi, Gevano kembali melakukan panggilan, membuat gue terpaksa mengangkatnya dan langsung meneriakinya.

"LO MAU APA SIH, VAN? GUE PENGEN SENDIRIAN!"

Wetssss, kalem, mbak. Gak usah elpiji! Di sebrang sana Gevano membalas dengan bentakan yang tak kalah menyakitkan.

Gue memutar kedua bola mata, jengah akan sikapnya yang selalu semena-mena. "Mau apa?" Menurunkan intonasi sedikit, gue bertanya lembut agar dia sendiri tidak terbawa emosi.

#2 Perfect Family [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang