Sudahi semua ini ferguso, karena kita akan membaca kisah YoNa yang jauh dari kata sempurna😣
SPAM KOMENNYA SIST JANGAN LUPA🍉
Kuy, cekidot🎬
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🐥🐥🐥
Jangan, jangan bunuh gue!
Krek
"AAAAAAAA."
Gue refleks menjerit, membuka mata lebar seraya memandang ke depan kosong. Lagi, mimpi buruk tentang pembunuhan tadi mampir kembali. Sial! Kalau gini gue gak akan bisa tidur.
"Na? Kenapa? Mimpi buruk lagi?" Geo terbangun, dia membalikan badan gue sehingga berhadapan langsung dengannya.
Gue masih diem, kebayang banget sama mimpi tadi. Yakali sehebat ini efeknya.
"Nana?" Geo menepuk pipi gue pelan.
Gue mengerjap. "Ah?"
"Kamu mimpi buruk lagi?" tanyanya lembut.
"Ungh, iya," balas gue lirih. "Jam berapa?"
Geo mengambil ponsel diatas nakas dengan mudah karena tangannya yang lebih panjang daripada gue. "Dua pagi," katanya seraya menunjukan layar ponselnya dan kembali menaruhnya.
Gue menghela napas pelan. Udah gak bisa tidur lagi, mau merem juga rasanya takut banget.
"Baca doa dulu, Na." Geo mengusap kening gue yang sedikit berkeringat. "Jangan bayangin hal yang tadi lagi, coba bayangin yang indah-indah," ujarnya seakan memberi tutorial mimpi indah.
Gue ikutin arahan dari Geo, merapalkan doa dalam hati seraya memejamkan mata sekaligus membayangkan hal-hal yang sekiranya indah. Nihil, membayangkan hal indah gak ada efeknya sama sekali, malah semakin kepikiran dengan mata yang dicungkil dalam mimpi itu.
"Akh, gak bisa, Yo. Aku gak bisa hilangin bayang-bayang itu," ujar gue frustasi, menutup wajah dengan tangan lalu mulai terisak pelan. Gue bukan lebay, tapi gue takut. Kalau hal itu benar terjadi gimana? "Aku gak bisa lupain mimpinya, hiks, itu kelihatan nyata hiks, Yo."