#2 Perfect Family [SELESAI✔]

20. Potongan Kepala🐥

Mumpung mood lagi baik, terobos update aja🔫

Gimana awal 2021? Masih sama kayak 2020? Atau ada yang berbeda? Mungkin dapet lampu hijau dari si gebetan😚

KOMENNYA SIST JANGAN LUPA🍉

Kuy, cekidot🎬

🐥🐥🐥

Kembali ke Starsbourg, ternyata mampu membuat gue bahagia tiada tara. Jelas, sejak melihat Alvino seminggu yang lalu, Paris menjadi kota yang enggan gue tempati lagi. Menghindar adalah cara terbaik bagi gue mempertahankan hubungan bersama Geo. Mungkin kalau Alvino cowok yang gak se-nekat itu, gue pasti betah tinggal disana. Namun pada faktanya, Alvino lebih agresif daripada para pelakor diluaran sana. Lebih-lebih dari cewek deh.

"Mbak Gea, tolong ambilin aku air dong."

"Oke, Len."

Saat ini, dipagi hari yang masih cerah, kita semua mengadakan sarapan bersama di apartemen Gevano. Kenapa disana? Simple. Di kulkas apart gue sama Geo belum ada bahan makanan yang setidaknya dibutuhkan untuk memasak. Alhasil memilih menumpang kepada Kakak Ipar gak ada akhlak itu.

Gevano gak izinin gue untuk numpang gitu aja, dia beberapa kali menolak sampai gue harus teriakin dia sambil mengumpat. Kalau gue udah kesel Gevano bisa luluh, karena Abel adalah ancaman yang paling dia takuti.

"Yang enak, Len. Kalau gak enak gak ikhlas gue kasih tumpangan sama lo." Gevano yang duduk di meja makan sambil menonton kedua perempuan memasak mulai mengeluarkan bacotan haramnya.

"Gak usah ngeremehin, nanti ketagihan gak akan ada yang masakin lagi," balas gue menyombongkan diri.

"Weh, jangan sekate-kate, gue tuh udah ada calon bini, lo aja yang kagak tahu. Mulai sekarang lo gak bisa menindas jomblowan seperti gue, karena sebentar lagi, gue mau merried." Gevano ketawa seakan yakin banget sama ucapannya. Gue sih gak percaya. Mana ada wanita yang tahan sama manusia kayak gitu? Meskipun dia ganteng, tapi tetep aja bacotannya bisa ngalahin kegantengannya itu.

"Ceweknya mau, Van?" tanya Mbak Gea seraya terkekeh pelan.

Gevano diem, membuat gue meliriknya dan melihat dia yang tengah memandang kedepan kosong. "Pasti gak mau, Mbak. Noh langsung diem," ujar gue yang disusul tawa menggelegar.

"Ceweknya pasti mau kok. Udah ganteng, CEO, siapa coba yang bisa nolak kelebihannya itu? Tapi satu yang halangin keberuntungan dia, mulutnya hobby julid." Geo tiba-tiba nimbrung seraya duduk di samping Gevano, ikutan nyemil buah-buahan sama abangnya.

"Gue bukan ngejulid---"

"Apaan? Kasih pujian?" Gue memotong ucapan Gevano seraya menaruh mangkuk berisi makanan dimeja, mulai menatanya hingga rapi. "Cewek itu suka cowok kalem, kayak Geo noh, incaran kaum hawa dia tuh," lanjut gue seraya mendudukan bokong dikursi.