#2 Perfect Family [SELESAI✔]

39. I'm Back🐥

Monmaap nih Aa, Teteh, kalau updatenya lama, author sedang berjuang dimedan perang dengan segudang soal dari mapel sekolah. ( -eh, apaan sih?- )

Oke, langsung aja. Kuy cekidot🎬

Ets, semangatin dong!!!♡♡♡

Biar mood untuk update ada mulu😭

Gak minta apa-apa, cuman pengen spam komennya, karena itu bisa bikin aku bahagia😁

🐥🐥🐥

1 Minggu kemudian.

Udara panas khas negri tropis mulai menusuk ubun-ubun kepala setelah kaki gue berpijak di area lobby bandara. Hilir mudik para manusia menjadi objek mata seutuhnya. Namun ada segerbolan para human yang menarik dari semua orang. Segerombolan orang yang selalu ngerecokin hidup gue, ganggu keharmonisan rumah tangga gue dan Geo.

Siapa?

Umh, lo semua pasti tahu siapa orangnya. Gak mungkin Gevan, karena tuh manusia udah didepak ke Korea.

"Yo, siapa yang nyuruh mereka datang?"

"Mama kamu tuh, heboh banget pake acara syukuran segala."

Mama Dinar auto ngelirik Papa Pras sinis 'kan. "Papa ih, kan Mama tuh mau mengutarakan rasa syukur Mama sama tuhan karena mengabulkan doa Mama."

"Umh, iya, Ma," jawab Om Pras sambil senyum pasrah ke Mama Dinar.

Skakmatnya mirip banget sama Geo. Ah, Mas Suami pasti Copypaste dari papanya nih.

Gue langsung ngegandeng lengan Geo 'kan, dempet ke arah tubuhnya sambil bisik-bisik suami istri.

"Yoyo ih, ada Dimas."

Gue noleh 'kan, senyum kecil lalu ngusak rambut gue lembut gitu. Duh, meleleh. "Gak akan ganggu kamu. Ayo."

"Tap---"

"Ada Mama sama Papa, dia gak akan berani," sanggah Geo cepet, ngebuat bibir gue mangap tanpa ada ke-estetikan yang terkandung.

Oke, sekarang kita semua udah jalan ke arah gerombolan para perecok, tapi anehnya mereka tuh kayak yang gak sadar sama keberadaan kita. Mata semuanya masih melirik kesana kesini hingga akhirnya---

"LENA WOY LENA!"

Mau tahu siapa orangnya?

"LHA IYA, LENA HUHHHHH! COME HERE BABY!"

Sialan!

Orangnya Dimas sama Zenna. Kedua insan yang ditakdirkan untuk bersama itu teriak macam tarzan memanggil nama bidadari. Gue yang terpanggil auto ngumpet di balik punggung sang pelidung.

"Tuh 'kan, Yo. Ih, malu-malu'in banget," lirih gue.

Geo gak jawab, dia terobos jalan, gak menghiraukan bacotan bininya.