#2 Perfect Family [SELESAI✔]

13. Geo yang pendiam🐥

Semoga masih pada betah stay di sini. Jangan berpaling, nanti Dimas sakit hati😣

Sabar nunggu ye kawan, aku lagi PAS nih😭

Ogheyy, langsung saja. Baca pelan-pelan, menghayati dikitlah esmeralda, ferguso😈

Kuy, cekidot🎬

🐥🐥🐥

"Ayo pulang."

Kepala gue yang tadinya merunduk dalam kini menengadah, menatap sang lawan bicara dalam diam. Masih canggung banget buat memulai obrolan dengannya, bahkan gue gak ada keberanian menanyakan keadaan dia seperti apa.

"Pulang, Na. Aku tahu kamu malu."

Enggak! Gue gak malu. Harusnya lo yang malu, Yo!

Geo menarik kereta bayi Abel, masih berdiri di hadapan gue yang terduduk lemas di kursi taman.

"Yaudah, aku duluan."

Geo pergi, bersama Abel yang dia bawa. Keduanya meninggalkan gue sendirian.

Apa Geo marah?

Hanya satu pertanyaan gue akan tindakannya itu. Tumben banget lho Geo acuhin gue kayak gini. Gak ada bujuk rayu ataupun gombalan recehnya yang selalu dia kasih kalau gue gak mau menuruti perintahnya.

Aneh? Jelas. Perubahan sikapnya sangat kentara.

Apa mungkin karena Alvino? Bisa aja tuh cowok bilang yang enggak-enggak ketika dibawa oleh petugas keamaan bersama Geo.

Shit! Alvino bener-bener pembawa sial! Kampret banget dia ngusap bibir gue!

Daripada bergelut dengan pikiran, akhirnya gue mengejar Geo, berusaha mensejajarkan langkahnya dan hap---gue berhasil menggenggam tangan dia, namun, gak ada balasan darinya. Tangan Geo gak menggengam balik, membiarkan istrinya terpaku akan tindakan anehnya itu.

Semarah itu? Sampai-sampai genggaman tangan pun gak dia balas?

"Tadi ngomongin apa aja?" Gue berusaha mencairkan suasana canggung antara kita, gak enak banget situasinya. Gue 'kan jadi pengin nangis.

"Gak ngomongin apa-apa," ujar Geo datar, tanpa nada ceria seperti biasanya.

Jleb banget omongan Geo buat di dengar telinga gue. Perlahan, genggaman tangan kita terlepas, lebih tepatnya gue yang enggak enak untuk menyentuhnya.