6. Gabut Pembawa Bencana🐥

9.4K 882 67
                                    

Yang menghargai pasti memberikan apresiasi🌟

Menunggu kelanjutannya?

Menunggu kelanjutannya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐥🐥🐥

"Na, hari ini aku pulang malam lagi. Ada shift malam dan jadwal konsultasi hari ini lumayan banyak, terus aku juga harus jengukin Dimas sama urusin berkas Gevan. Kamu gak apa-apa kalau aku pulang telat?"

Selalu begitu, kok. Lalu untuk apa gue keberatan sama jadwalnya itu?

Menyembunyikan ketidakrelaan atas ucapannya, gue menyunggingkan seulas senyum ke arahnya. "Kamu pikir aku cewek apaan yang gak bisa ngelakuin semuanya tanpa kamu? Kamu gak pulang semalaman juga aku gak akan mati, Yo. Humor mulu, ah." Gue tertawa samar, merundukkan kepala seraya mengoleskan selai ke roti untuk sarapan Geo.

Seperti biasanya, untuk menyiapkan sarapan Geo serahkan kepada gue. Ah, bukan. Lebih tepatnya gue yang memaksa dia untuk menyerahkan tugas yang satu ini. Yakali dia mulu yang kerjain semua urusan rumah tangga? Meskipun gue dalam kondisi hamil, tentu aja itu gak akan membuat anak di dalam perut ini mengurungkan niatnya untuk hadir ke dunia. Ya walaupun harus di lakukan dengan hati-hati agar nggak kecapekan.

Posisi duduk kita yang saling berdampingan membuatnya dengan mudah melayangkan telapak tangan di atas kepala istrinya, lalu tanpa berdosanya dia mengacak-acak rambut yang sudah tertata rapi ini.

Pengen tampol.

"Makasih udah ngertiin aku."

Gue menoleh, lalu tersenyum tipis. "Bukannya itu udah jadi kewajiban seorang istri ya? Bisa menuruti dan mengerti kondisi suaminya."

"Tapi aku gak tega biarin kamu tidur sendiri malam ini, aku takut kamu kepengin sesuatu disaat aku gak ada."

Utututu, gak bisa marah nih kalau sikap manja Geo keluar. Mau bagaimana pun juga gue harus bisa paham sama pekerjaan Geo, karena nantinya juga gue akan sama seperti dia. Menjadi seorang dokter yang mempunyai kesibukan dengan para pasiennya.

"Kan ada telfon, Yo. Aku bisa telfon kamu kalau debaynya ngidam sesuatu."

"Tapi tetep aj---"

"Stssss, kamu harus melakukan kewajiban sebagai calon dokter yang mementingkan pasiennya, dan aku yang melakukan kewajiban sebagai seorang istri yang harus mengerti pekerjaan suaminya. Aku gak akan kenapa-napa, Yo. Kalau ngidam juga aku pasti langsung bilang, yakali diam aja, ileran anakku nanti." Gue menempelkan jari telunjuk di bibirnya, menghentikan protesan Geo dengan sebuah omongan agar dia mau mengerti. "Harus bisa jadi dokter dua tahun ke depan. Absen buat program coasnya harus keisi, jangan mangkir gara-gara aku."

#2 Perfect Family [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang