12. Kemarahan Geo🐥

10.2K 816 94
                                    

Jangan lupa berikan dukungannya sist. 🍉

Lama ya? Maaf atuh ih, hampura😭

Semoga aja ngefeel. Aku buat part ini setelah selesai PAS tadi pagi, huhu, ngebut, karena banyak yang nunggu dan itu menggoyahkan imanku untuk nggak update jadi update😣

TYPO TANDAI DONG. PUSING NIH SAMA PROBLEM YANG SATU INI😤

Jomlah cekidot ><

Jomlah cekidot ><

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐥🐥🐥

"Ini siapa? Kok perhatian banget sama kamu."

Asli, gue tuh langsung diem karena pertanyaan naudzubillah dari Geo. Hati udah gak enak, berasa diombang ambing di tengah ombak. Semangat untuk berlibur pun mendadak memudar, berganti oleh rasa cemas yang kelewat batas.

"Ungh, gak tahu. Mungkin orang iseng yang ngelemparin."

"Tapi kok tertulis kata Bumil disini. Dalam arti lain si orang iseng tahu dong kalau di rumah ini ada seorang Bumil? Dan gak mungkin juga dia salah kirim. Jelas-jelas ini untuk kamu, Na."

Dapet spekulasi dari mana sih, Yo? Udah dong, jangan hancurin mood gue.

"Dia ngasih apa? Aku yakin gak cuma kertas ini aja yang dia tinggalkan disini. Pasti ada yang lain," lanjut Geo tanpa pedulikan gue yang udah menunjukkan wajah melas dihadapannya.

"Nggak, Yo. Gak ada. Itu cuma orang iseng." Berujar penuh penekanan, gue menatap mata Geo lekat, ingin meyakinkan dia bahwa spekulasinya salah besar.

"Beneran?" tanya Geo, keliatan gak yakin.

"Um, lagian tetangga disini kan memang sering jahilin orang. Apalagi anaknya Bu Metta, dia tuh udah SMA tapi kelakuannya masih kayak bocah."

Muna banget gue melimpahkan segala kesalahan sama anaknya Bu Metta, tetangga yang rumahnya berada di samping rumah kita. Lagian, udah kehabisan alasan untuk mengelabui Geo. Berasa punya suami yang jadi detektif kalau gini, apa-apa harus diteliti segala.

"Aku tahu kejahilan Edo, Na. Dia gak mungkin kirim note ini, aku pikir-pikir lagi isi tulisannya udah mirip gombalan para buaya darat gitu. Beneran nih kamu gak tahu siapa yang ngirim?"

Gue cuma diem, gak tahu lagi harus menjawab apa. Stok alasan udah habis, mau nyari pun kayaknya gak akan masuk akal. Yaelah, punya suami kok teliti banget, sih.

"Uaaaaaa semutna anyak. Uuuuu jalan baleng-baleng."

Sontak, perhatian kita berdua teralihkan oleh pekikan Abel, melihatnya yang sedang berjongkok di taman pekarangan.

"Yaudah, aku percaya sama kamu. Ayo berangkat."

Tanpa mengadakan sesi introgasi lagi, Geo mengusap rambut dan menarik tangan gue menghampiri mobil yang udah terparkir di garasi. "Abel sayang, sini. Kita berangkat sekarang," seru Geo lantang hingga Abel meliriknya dan langsung menghampiri.

#2 Perfect Family [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang