Selamat sore!
Typo laporin, kbbi nya juga ya
Vote, komen, krisar.
Selamat membaca.
Maaf gaje dibawah, humornya garing.
*
Empat orang anak manusia sedang berkumpul-kumpul santai di Kedai Kopi Baper. Tempat tongkrongan kekinian yang tersedia di dekat Lapangan Murjani, Banjarbaru. Mereka tidak sedang mabar seperti kebiasaannya. Tapi hari ini mereka sedang melakukan rapat ke anggotaan sebagai FBD Fire.
Waiters datang membawa empat gelas kopi dan dua piring kue bolu gulung. "Silahkan dinikmati, Kakak! Jangan lupa kalau mau memakai wifi, passwordnya 'Baper Kakak' ."
Mereka mengangguk, perempuan dengan kerudung hitam itu pun menjauh dari meja mereka.
Dea mengambil satu gelas kopi mocca karamel. Sedangkan sisanya ada kopi cappuccino, creamy latte, dan es kopi susu.
Badali menyomot potongan bolu gulungnya dan mencelupkan di es kopi susu. "Bismillah!" ucapnya lalu melahap kue itu dengan perlahan.
"Katro, lu!" ledek Dailami. Kue lembut seperti itu tidak perlu lagi dicelupkan ke air, menurutnya.
Badali hanya bisa menatap sinis sahabatnya itu. "Khasnya Banjar, taaauuu!" timpal Badali. Ia tetap melanjutkan aksinya, memakan kue yang dicelup.
"Udahlah, suka-suka dia, Dai." Dea menengahi.
Farid mengambil satu gelas yang berada di dekatnya, creamy latte. "Uang FBD yang tersimpan, sebanyak 20 juta."
Badali menghentikan acara makannya. "Lalu? Gunanya kita ngumpul? Mau arisan?!" tanya Badali, "atau mau di bagi rata?"
Farid memainkan kunci motornya. "Gue sih maunya dikasih ke panti aja, gimana?" usulnya.
Dailami menghempaskan tubuhnya ke bangku. "Gue sih ngikut aja, daripada nanti kelupaan." Ia menatap suasana sekitar yang mulai ramai dengan anak muda seperti mereka berempat.
Dea mengangguk setuju saja dengan usul Farid. Apalagi semua itu lebih baik daripada disimpan terus. Lagi pula sedekah akan diganjarkan pahala oleh Allah. Dan sedekah, tabungan yang akan digunakan pada hari kiamat kelak.
"Pembagiannya gimana? Sekalian makan-makan ya sama anak panti," usul Badali.
Dailami menegakkan posisi duduknya dan bersiap menjitak kepala Badali.
Pletak!
"Giliran makan aja, ingatnya subhanallah!" ejek Dailami lagi.
Badali meringis pelan. "Cuka-cuka gue, deh."
"Gue, oke aja sih!" setuju Farid.
"Berhubung Badali punya Ketring ayam teriaki, Badali aja yang bawa makanannya, biar sisa uangnya kita serahin ke panti," usul Dea.
"Boleh," ucap Farid sembari mengangguk-angguk.
"Yah, kok gue?!" rengek Badali tidak terima. "Tapi nggak papa sih, hitung-hitung bantu orangtua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Waktu (Selesai)
Teen Fictionبسم الله الرحمن الرحيم ●Follow akun Author dan silahkan membaca ● Genre : Tenfiction TIDAK REVISI! KARYA PERTAMA YANG BERTAHAN WALAUPUN RADA MEMBAGONGKAN HEHE :3 Ada banyak hal yang harus di lewati. Suka atau tidak suka, garis itu tetap berjalan se...