Bab 30 (Revisi)

215 36 29
                                    

Hayoo siap belum nih baca part ini?

Doa dulu : Ya Allah, semoga dapat feel ceritanya. Aamiin

Setelah bab 30 masih ada epilog ya. Baca juga setelah ini^^.

Bab 30

*

"Apa lo suka sama gue?" tanya Farid to the point.

"H-hah? S-suka? Suka apaan, Kak?" tanya Aira, "Kayaknya pertanyaan Kakak ambigu deh."

Farid berbalik menatap Aira dalam. "Setelah kita kayak gini, apa lo suka sama gue?" tanyanya lagi. Oh, ayolah. Mulutnya kelu untuk menyatakan rasa cinta langsung kepada Aira.

"Kayak gini gimana?" perjelas Aira.

Farid diam, dibenaknya sudah banyak pertanyaan dan pernyataan namun sayangnya mulutnya masih terkunci rapat.

Aira ikut diam, membiarkan hatinya yang bicara atas sikap aneh Farid kepadanya. Jngan bilang kalau sebenarnya Farid suka sama dia? Tidak! Tidak mungkin. Acara kemarin malam saja masih bergentayangan di pikirannya. Jangan mudah baper, Aira, batinnya. Ja berjanji untuk tidak berharap apa-apa lagi kepada Farid.

"Gue suka sama lo," cetus Farid dengan mata teduh. Sekarang ia mengingat agamanya untuk tidak membual seorang wanita. Tapi di sisi lain, ia harus mengucapkan kata itu agar tidak ada kata 'terlambat' . Entahlah, agama dan dirinya hari ini bertentangan. Boleh saja 'kan egois? "Dijawab, Ra."

Aira memilin-milin jarinya. Mengapa terasa janggal. Apa Farid selalu menyukai perempuan? Kemarin Dea, dan sedang ta'aruf. Sekarang dirinya. Apa Farid akan menjadikannya yang kedua? Sebenarnya hati Farid itu seperti apa? Sehingga bisa suka dua orang sekaligus? pikir Aira.

Setelah lama berpikir, ia menggeleng pelan tanda tidak suka.

"Bohong!" tuding Farid enteng.

"Aku nggak suka," perjelas Aira.

"Lalu, kenapa kemarin malam lo ngejauh? Kenapa lo pergi saat nama gue disebut Dea?"

Napas Aira tercekat. Apa Farid tau semua gerak-gerik dirinya? "Ya-ya, ya itu ... itu ... nggak ngejauh, cuma diajak makan aja sama Khalil."

"Ooh, itu yang namanya Khalil. Ganteng ya orangnya," puji Farid setengah hati.

Aira menggeleng pelan. "Nggak tau. Eh, em ... ganteng. Iya ganteng. Gantenglah, lumayan."

Farid tersenyum kecil. Gadis ini masih bodoh untuk menilai penampilan orang lain. "Lo lama kerja sama dia?"

Aira memerengkan kepalanya ke atas, ia berpikir sejenak. "Ya, sekitar satu, atau dua tahun."

Mereka terdiam cukup lama. Mereka berdua kehabisan topik pembicaraan yang terucap. Tetapi hati mereka saling bertaut untuk tidak berpisah dulu. Hubungan yang membingungkan, batin Aira.

"Kayaknya aku pulang duluan, Kak." Aira berdiri dari duduknya.

"Gue butuh jawaban lo, Ra. Biar semuanya jelas. Apa lo suka sama gue?" Farid merunduk dalam-dalam dan menyembunyikan mukanya diantara kedua lututnya. Jujur, ia malu bertanya seperti anak remaja yang sedang kasmaran.

"Nggak. Itu jawabannya. Lagi pula Kakak sama Kak Dea, selamat ya," ucap Aira lalu pergi.

Farid segera mencegatnya lalu meraih kedua tangan Aira dengan kasar. "Gue sama dia nggak ada hubungan apapun, Ra. Gue tanya sekali lagi, apa lo suka sama gue?"

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang