Bab 27

123 38 24
                                    

Selamat soreee

4 hari menuju deadline.

Typo, kbbi, laporin ajaaa

Vote, komen, krisar.

Maaf nggak ngefeel^^

*

3 tahun berlalu ...

Kehidupan Aira masih sama, hidup bersama Aisyah dan mempunyai dua sahabat, Maya dan Gina. Tapi untuk masalah hati, pemuda dengan nama Ahmad Farid Hanawi itu tidak pernah lagi muncul di kehidupannya. Ia sesekali mencurahkan perasaannya lewat buku kecil. Dan setiap mengingat Farid, ada bayang Dea yang datang.

Mungkin, Aira hadir menjadi orang ketiga antara Farid dan Dea. Apalagi mengukur keakraban mereka berdua.

Menghadapi kenyataan itu, ia harus pandai-pandai menyembunyikan perasaannya. Perasaan kesal, benci, sakit, luka terbalut rapi di ruang hatinya. Untuk mengadu pun ia tidak berani, karena ia terbilang cukup sadar akan posisinya.

Jika memikirkan ia dari kalangan biasa, Aira hanya bisa tersenyum maklum dengan garis waktu yang menuntunnya.

Garis waktu, hanya itu permasalahannya. Mengapa dulu ia sempat menaruh hati kepada pria gamers itu? Seandainya dulu tidak menggunakan hati, niscaya perasaan campur aduk ini tidak akan ada.

Untuk meruntukinya pun tidak ada guna, Aira sudah basah dalam dermaga yang sama seperti Farid.

Namun sayangnya, mereka sama-sama tidak mengetahui.

Aira bekerja menjadi penjual es cokelat brandmilk yang terletak di persimpangan jalan lintas Banjarbaru.

Beruntung, Aira beruntung bisa menggeluti pekerjaan sederhana ini untuk keperluan makannya juga keperluannya yang lain.

Sedangkan kedua sahabatnya masih berkuliah di Banjarmasin, tepatnya di Universitas Islam Nusantara Antasari (UIN Antasari). Aira hanya bisa tersenyum maklum dengan takdir Tuhan yang selalu menjaganya.

Maya, gadis itu mampu berkuliah karena kepintarannya. Adapun Gina, ia anak orang kaya. Sedangkan Aira sendiri tidak pada dua opsi itu. Ia hanya orang biasa-biasa saja yang kebetulan lulusan SMA Trisakti 1 dua tahun kemarin. Itupun dengan nilai pas-pasan.

Sore yang ramai akan lalu lalang kendaraan. Aira masih sunyi berduduk di kursi plastik. Tiba-tiba, Aira teringat dengan Farid. Ia hanya bisa tersenyum getir. "Kak, apa kabar?" tanyanya sendiri tanpa ada yang sudi menjawab.

Kabar terakhir yang ia dapat 1 tahun lalu sebelum Aisyah mengundurkan diri dari rumah Fadli Hanawi. Kabarnya, Farid berkuliah di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari  (UNISKA) Banjarmasin, ia mengambil jurusan Teknik Industri dan menetap disana.

"Ku ingin kau tau, diriku disini menanti dirimu meski ku tunggu hingga ujung waktuku dan berharap rasa ini abadi tuk selamanya ...," lagu Aira.

"Woy, pales, Ra!" sahut Devi, penjual batagor yang berada di sebelah stand minuman Aira.

"Hehe, maapin-maapin," timpalnya cengengesan. "Biasalah, epek kurang pelanggan."

"Syukur juga, Ra, ada yang beli."

Aira mengangguk. "Iya, alhamdulillah." Aira mengecek jam tangannya.

"Hey, maaf rada telat." Cowok dengan perawakan tinggi menyapa Aira.

Aira bangkit dan langsung berbenah. "Untung masih dateng, Lil!" sahutnya.

Laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyum singkat. "Yaudah sana pulang!"

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang