Bab 11

146 50 43
                                    

Vote, komen, krisar, typo laporin

Ada yang kangen? Nggak ada! Wkwk

Do'a dulu lah : Ya Allah moga terbit dan memberi manfaat.

Makin kesini, makin malas do'a, eh astaga. Nggak gitu jugaaaa.

Selamat 15 hari di lapak ini :)

*

Azan subuh menyapa gendang telinga Aira, tubuh tinggi kurus itu mengeliat pelan kesamping. Karena keenakan mengeliat, ia tidak menyadari ukuran sofa itu kecil.

Bruk!

"Aduuuuh!" erangnya sembari membuka mata. "Aduuuuuuuh!" Aira memegangi kepalanya yang terbentur ke lantai.

"Nak? Nggak apa-apa?" tanya Aisyah sembari menengok kebawah lantai melihat tubuh Aira yang terjatuh.

Aira mencoba bangun dan duduk di sofa bekasnya tidur tadi. "Nggak papa, Umi. Aira lupa kalo ini Rumah Sakit."

"Lain kali hati-hati," nasehat Aisyah.

Aira mengangguk dan beranjak. "Iya, Umi. Aira mandi dulu."

Selesai mandi, Aira dan Aisyah salat berjamaah diimami Aira, selaku orang yang sehat diantara mereka.

Sedangkan Aisyah, ia hanya mampu salat dengan keadaan berbaring. Walaupun sakit, kewajiban tetaplah kewajiban.

Hanya untuk orang yang koma dan gila yang diberi keringanan tentang salat. Karena yang sakit kaki, bisa duduk saat mengerjakan salat. Orang yang sakit tidak bisa berduduk, bisa mengerjakannya dengan berbaring atau telentang. Bahkan, orang yang punya tubuh tapi tidak bisa digerakkan, ada mata untuk isyarat salatnya. Terakhir, bila tidak semua itu, ada pikiran untuk isyarat salat.

Mereka yang mempunyai akal (bisa membedakan yang baik dan buruk), wajib salat.

Setelah selesai salat, Aira kembali ke rumahnya untuk mengambil seragam sekolah. Jaraknya tidak lumayan jauh, membuatnya nyaman untuk berjalan kaki.

*

"Assalamu'alaikum. Pagi Gin, May," sapa Aira saat memasuki kelasnya.

"Wa'alaikumussalam, pagi Ai," sahut Gina.

Sedangkan Maya sedang melamun dan tidak menyadari keberadaan Aira.

Bagaimana jika aku kabur? Terus, tinggalnya dimana, May? Nggak mungkin gara-gara itu, aku ninggalin Ibu? Walaupun Ibu tiri, tapi dia udah sukarela hidup merawat Ayah dulu.

Kalo kaburnya ke Izroil? Ngapain mikirin Izroil?! Jelas-jelas kita udah ditinggalin nikah sama dia. Huh sebel!

Gara-gara satu poto Badali yang ia kasih tunjuk kepada Maya, tali pertemanan mereka merenggang.

"Pagi, kalian." Dea datang dan menghampiri Aira, teman sekaligus sahabat barunya.

"Pagi, Kakak cantik," sahut Gina membalas senyuman Dea.

"Lo, bisa ajja!"

"Bisa dong, Gina gitu loh," sahut Gina sambil mengibas-ngibas kerudungnya.

"Orang sombong haram masuk surga," ingat Aira sembari terkekeh.

Gina berdecak kesal, bibirnya berkerucut. Baru saja dirinya ingin dibanggakan, dipuji dan ingin terkemuka. Aira mengingatkannya tentang bahaya orang sombong.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang