Bab 6 (Revisi)

194 66 122
                                    


Selamat pagi.
Hari ini kita jalan
Kuy kita nikmatin bersama tulisan sederhana aku ^^

Selamat membaca

Typo laporin, vote, komen

*

Jangan banyak bersedih, yang di takdirkan pasti terjadi. Berdamai saja dengan kenyataan, baik sangkalah kepadaNya.

(Garis Waktu)

*



"Misi, Kak."

"Misi, Kak."

"Misi."

"Misi, Kak."

"Misi."

Suara cempreng gadis saat malam dan pagi di waktu itu berputar terus di otak Badali. Sejak jam kedua istirahat memory bak kaset rusak itu memenuhi kepalanya. Ia menarik napas pelan dan mencabut aerphone dari telinga dan HPnya, kemudian memasukkan dua benda keramat itu ke dalam tasnya. Kelas mulai sepi. Sedangkan ketiga sahabatnya sudah pulang duluan.

Ia menyampirkan kedua tali tasnya di satu bahu, satu bahu lagi ia pakai untuk menyampirkan jaket levisnya. Pandangan menyapu ke seluruh ruangan yang mulai di bersihkan oleh teman sekelasnya.

"Duluan ya, Ri."

Eri mengangguk, ia menegakkan badan dari acara menyapunya. "Gue tunggu kabar Turnamennya, semoga taun ini kalian menang lagi. Gue simpatik sama lo berempat, bisa ngegame, bisa banggain sekolah."

"Lo juga kok, Ri! Saat ada yang lo bisa, kenapa nggak lo coba. Makasih pujiannya. Bye!" Badali menapakkan keluar betis kekarnya, hingga ujung sepatunya saling berbentur dengan lantai yang sudah sayup suara riuh.

Dari kelas 1 IPS, dua gadis yang baru saja menyelesaikan acara piketnya sedang menunggu satu temannya yang masih berada di toilet.

"Hadeeh! Lama banget deh," gerutu gadis yang kemana-mana membawa buku-buku dongeng.

"Sabarlah, Gin. Mungkin bentar lagi." Aira menghempaskan punggungnya ke dinding. Ia bersandar sembari mengipas-ngipas wajahnya.

Gina memutar badan dan melihat bapak paruh baya mendekati mereka. "Nah, tuhkan, sopir gue malah masuk kesini. Pasti udah kelamaan nungguin gue."

Bersamaan datangnya sopir keluarga Gina Gunawwa, seorang gadis berlari kencang ke arah mereka. "Sori ... sori teman-teman. Maaf banget ya. Panggilan alam emang gini, maaf ya."

"Yaudah yu, kalian bareng gue aja," ujar Gina, ia membenarkankan letak tasnya dan mulai berjalan. "Makan apa sih, May? Pasti yang pedes-pedeskan? Ngaaku!"

Maya dan Aira mengiringi Gina dari belakang. Sedangkan sopir Gina sudah mendahului mereka.

"Pedes? Kayaknya enggak deh. Tapi serius, sakit banget perutku. Ini aja masih perih," tutur Maya.

"Jaga pola makan, May. Ingat juga, lambung kita nggak diciptakan sekuat baja."

"Iya, Ra. Pasti."

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang