Bab 14

130 44 32
                                    

Hay, hay, hay!

Doa dulu, hm tapi masih banyak KBBI di bab sebelumnya yang belum rampung, huhuhu

Typo cek, voment ya.

Ya Allah, semoga bermanfaat. Aamiin.

*

Dea menyentuh pundak Aira. "Ai? Lo kenapa? Kok diem? Gue salah ya?" tanyanya beruntun. Apa Aira nggak nyaman? batin Dea mengaduh. Jujur saja, tali persahabatan mereka terbilang sangat singkat, dan Dea khawatir akan itu.

Aira terkesiap. "Eh? Eh, nggak! A-ku a-ku, aku dukung kok kalau kamu menyukai Kak Amad," ucapnya. Namun hatinya mencelos pasrah, ia akui mulutnya dan hatinya berbeda pendapat, dan dirinya munafik!

Dea tersenyum senang menegah pikiran salahnya, melihat binar tulus dari mata Aira, Dea yakin dirinya seutuhnya diterima menjadi sahabat. Hari ini, seutuhnya kenangan Dailami sirna. Dan Dea baru sadar, saat terpuruk kemarin, Farid sigap memeluknya memberikan energi positif untuknya, tapi sayangnya kemarin dia tidak peka kepada Farid.

Dan hari ini, ia akan mengutarakannya kepada Farid, terlebih lagi sahabatnya mendukungnya. Pasti Farid akan menerima rasa sukanya karena mereka bersahabatan juga.

"Eh, iya. Aku punya HP baru, minta nomor kamu ya," ucap Aira sembari merogoh saku seragamnya. Ia mengeluarkan benda pipih silver yang mengkilat.

"Wow!" seru Dea setengah membuka mulutnya.

"Em, sekalian ajarin. Aku belum ngerti banyak hape beginian," cengir Aira sembari menampilkan wajah kasihannya.

"Kan lo yang beli, masa kagak bisa?" ujar Dea heran. Tunggu?! Sepertinya Aira bukanlah type orang yang selalu mengikuti perkembangan zaman. HPnya sekarang benar-benar limited edition. "Lo, nyolong?" tambahnya.

Aira menjentikkan kukunya di bahu Dea. "Enak aja!" pungkas Aira sedikit kesal.

"Hehehe. Maap! Sini biar gue ajarin."

Aira mengamati dengan seksama pengarahan yang diberikan oleh Dea.

"Ini hapenya baru banget ya? Sampe cuma satu nama nomor WA lo?" tanya Dea lagi di sela-sela memainkan HP milik Aira.

"Iya. Baru malam tadi, dikasih orang," sahut Aira sembari tersenyum. Mengingat Farid, ia lupa akan seseorang disampingnya juga menyukainya.

Garis waktu sepertinya sedang mengangkat perasaan Aira, tapi sisi lainnya juga sedang menjatuhkannya tanpa tapi.

"Wowowo! Ganteng nggak?" tanya Dea mulai menggoda.

Aira salah tingkah. "Eh? Apaan si! Orang aku bilang orang, O-R-A-N-G. Bisa aja 'kan perempuan," tangkasnya.

"Biasa aja mah, kalo itu perempuan. Nggak usah ngegas! Pasti laki-laki 'kan? Iya, kan? Ngaku." Dea semakin menggoda Aira.

Aira gelabakan sendiri, tapi sebisa mungkin ia menutupinya karena sadar sepenuhnya Dea tadi bercerita tentang Farid. "Ish! Jadi udah kesimpan nomor kamu?" alih Aira.

"Udah nih." Dea memamerkan namanya berada di kontak WA milik Aira.

"Dea Barakhmah cantik cintanya Farid," baca Aira, ia tersenyum jahil. "Kayaknya ada yang bakal aku sledeng nih, bisa-bisanya nama kamu gitu di Hape aku," sambungnya.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang