Bab 9

153 56 62
                                    


Hay-hay,

Ya Allah, semoga naskah ini terbit dan memberi manfaat bagi makhluk-Mu, aamiin.

Tinggalkan yang buruknya, ambil yang baiknya.

Selamat membaca. Typo laporin

Vote, komen, krisar.

Kritikan aku terima dengan lapang dada.

Dari kemaren, aku banyak dapat ilmu dari kritikan kalian. Jadi, berbagilah dengan aku ^^.

Selamat membaca^^

*


"Roma?" Farid menyodorkan cemilan kepada Aira.

Aira mengamati bungkusan biskuit merah itu sejenak. "Tidak, terima kasih. Kak." Ia kembali memfokuskan pandangannya ke jalan raya yang basah.

"Biaya Rumah Sakit gimana?" tanya Farid.

"Eh, itu. Udah kok. Ada yang pinjamin uang," jawab Aira. Akhirnya ia harus memakai uang pemberian Attamim itu dengan syarat ketentuan yang berlaku.

"Siapa? Rentenir?" tanyanya.

"Nggak tau, kayaknya sih iya."

Mereka berada di Halte Bus Melati 5, suasana geraian air yang tidak henti-hentinya jatuh, memaksa mereka harus berteduh

Farid diam. HPnya juga mati, ia tidak bisa melakukan banyak hal, salah satunya main game online. Yang ia lakukan hanyalah duduk dan diam. Begitupun juga dengan Aira, gadis yang terjebak hujan bersamanya hanya memilih diam juga.

"Eh, makan Romanya." Farid menyerahkan bungkusan merah bergambar kelapa muda itu ke samping tubuh Aira.

Mereka duduk bersebelahan, Aira di ujung bangku sebelah kiri, sedangkan Farid berada di ujung yang kanan.

Aira menggenggamnya. "Maaf Kak, waktu dulu aku ngeselin." Aira tersenyum manis kearah depan.

"Jadi ingat 'kan lo! Hahaha."

Aira tertegun dengan gaya tertawa Farid yang terkesan jarang. "Ingatlah, masa adegan MOS dilupain," ketus Aira, ia mengulum bibirnya karena malu.

Flashback on

Awal tahun ajaran baru menurut sebagian murid adalah hal yang menegangkan, menyenangkan dan awal dunia baru. Apakan lagi masa SMA/SMK/MA, umur beranjak dewasa itu mempunyai segudang cerita.

SMA Trisakti 1, disinilah Aira berpijak. Bangunan hijau putih itu masih terasa asing untuknya.

Mereka berderet mengikuti Ospek, banyak game dan tantangan yang harus mereka jalani. Begitu juga Aira, gadis itu terus menguap sambil menating buku dan pulpen, ia harus mencari sebanyak-banyakanya tanda tangan Siswa atau Siswi SMA Trisakti.

Ia tertatih-tatih mengejar beberapa kakak kelas untuk bersedia menanda tangani bukunya. Aira terus saja berjalan hulu-hulir bersama teman-temannya untuk mengumpulkan nama-nama kakak kelas mereka.

Maya, Aira dan Gina berpisah di persimpangan lorong, Aira ke sebelah kanan. Sedangkan Maya dan Gina lurus ke depan.

Mata sipit Aira tertuju pada seorang lelaki yang duduk sendirian. Aira tersenyum dan ingin menghampirinya.

"Kak, minta tanda tangannya, boleh?"

Lelaki itu menengok dan pergi begitu saja dengan style aerphone  putih terpasang di kedua telinganya. Tangan putihnya sedang memegang HP yang menyala.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang