Halo guys, bintangin yaaaaaaa
Kalo kalian ngudukung, aku jadi lebih semangat.Selamat membaca 2000+ kata lebih :)
Vote, komen, krisar.
Typo bilangin.Happy reading di hari kedua.
Bab 2
Kalau tidak ada Player Noob, maka tidak akan ada juga yang namanya Pro Player!
(Free Fire)
*
Keesokan harinya Aira harus bangun lebih pagi untuk bersiap ke sekolah. Jarak tempuhnya dari rumah ke sekolah lumayan dekat, dan dia sering berjalan kaki untuk menghemat pengeluarannya, maklum masyarakat sederhana.
Gadis penyuka bunga itu masuk ke dalam kelas yang ramai, tapi untuk menyapa, Aira tidak berani, karena mereka dari kalangan atas, terkecuali kepada kedua sahabatnya.
Selang beberapa saat, pelajaran pun datang hingga bel istirahat berbunyi. Satu persatu muridnya beranjak termasuk Aira yang keluar dari kelasnya.
Ia berdiri di pinggiran Lapangan Basket, menyendiri untuk menengok Pepi---bunga matahari yang ia berikan kepada sekolah ini 5 bulan lalu, saat MOS.
Di tengah riuhnya suasana istirahat, Aira sunyi dalam keramaian itu. Sunyi adalah teman terbaiknya apabila ketiadaan dua sahabatnya.
Sekarang ia duduk di Kelas 1 IPS SMA Trisakti 1, salah satu sekolah modern yang tersebar di Perkotaan Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sekolah berbasis international school, SMA Trisakti 1 memang kerap menjadi pilihan wajib bagi anak-anak yang ingin memijaki bangku SMA, dan Aira sangat beruntung bisa bergabung dengan sekolah ini. Walaupun nilainya cukup pas-pasan.
"Pi, kangen nggak sama Mang Ujang?" tanya Aira pada dua tangkai bunga kuning itu.
Mang Ujang, orang yang suka rela memberikan Pepi satu tahun lalu, yang artinya Mang Ujang adalah pemilik aslinya. Setelah beberapa bulan Aira rawat di rumahnya, Pepi ia bawa ke sekolah saat acara-acara peduli lingkungan sekolah waktu MOS dulu.
Merasa tidak dapat jawaban, Aira kembali berdiri dan diam di tempat. Yang ia lakukan hanya menatap lurus kepada awan-awan yang menggumpal.
Ia tidak mengenal banyak orang-orang disini, dan orang-orang pun tidak tau banyak tentangnya.
"Woy Ai! Pepi udah makan, belom?!" Gadis berjilbab segitiga itu menegur Aira yang sedari tadi diam dan tanpa suara.
Aira terkesiap. "Eh, udah kayaknya. Dia 'kan berfotosintesis." Aira mengambil tempat di sebelah Maya---temannya. "Si Gina mana?" tanya Aira sambil menengok sana-sini mencari Gina---temannya yang lain.
Maya bergidik. "Nggak tau. Palingan ngantri Batagor," ucapnya. "Kamu nggak ke kantin, Ai?" sambungnya.
"Owh itu, nggak dulu." Aira nyengir, walaupun tidak di tutup-tutupi, Maya tau kenapa Aira tidak ke Kantin, tidak punya uang lebih.
"Tenang Ai, aku juga hari ini lagi boke-bokenya," ucap Maya tanpa ditutup-tutupi juga. Aira menatap wajah Maya serius. Maya yang mengerti langsung menyahut, "Iya duarius Ai, lupa minta sama Ibu lebih tepatnya, hehe," sambungnya cengengesan.
"Udah kebiasaan. Tapi lumayan kata Ibumu May 'alhamdulillah uangku nggak berkurang' ." Aira menertawakan wajah Maya yang terlihat kesal. Ibuku, Ibu tiri Ai, sahut batin Maya yang tidak bisa di dengar oleh Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Waktu (Selesai)
Teen Fictionبسم الله الرحمن الرحيم ●Follow akun Author dan silahkan membaca ● Genre : Tenfiction TIDAK REVISI! KARYA PERTAMA YANG BERTAHAN WALAUPUN RADA MEMBAGONGKAN HEHE :3 Ada banyak hal yang harus di lewati. Suka atau tidak suka, garis itu tetap berjalan se...