Bab 3 (Revisi)

252 82 71
                                    

Assalamu'alaikum, vote yaa. Komen jugaa.

Typo laporin yaaaaaa.

Selamat membaca kisah AG (Anak Gamers)

Salam persahabatan dari FBD Fire!

*

Banjarbaru, 2 bulan lalu ...

"Yaudah, Pi, Bad tunggu disini sampe sopir datang. Daah." Dia menutup sambungan teleponnya sepihak.

Sinar lampu putih dan kuning menghiasi jalanan raya Kota Banjarbaru dan sekitarnya. Jam kota sudah menunjuk pukul 11 malam, namun dia masih bergelud dengan HP miringnya di halte bus sekolah. Pria dengan kaos biru dan celana kulot hitam menyumpal aerphone hitam ke kedua telinganya. Ia menikmati malam minggu dengan bermain game di tepi jalan. Bukan tanpa sebab dia belum pulang. Hanya saja, motornya sedang mogok dan ia malas untuk memesan ojek online. Beruntung, ayahnya memercayainya dan bersegera menyuruh Pak Supardin menjemput putranya.

Malam minggu kali ini tampak sepi dikarenakan hujan yang baru saja reda, hanya ada beberapa pengendara mobil dengan kecepatan tinggi melintasi Jalan Ahmad Yani.

"Misi, Kak," lirih gadis berkerudung pink sembari menunduk dan duduk di ujung kursi.

Badali menoleh sebentar dan mengamati dari bawah sampai atas penampilan perempuan ini, cerminan gadis ini sangat tidak baik-baik saja. Dari sepatunya yang kena lumpur, rok bawahnya basah, hingga napasnya yang kasar, sepertinya dia habis menangis. Apalagi tas ransel yang terlihat sesak. Mungkin ia kabur dari rumah?

Belum dua menit Badali menebak, wajah gadis itu sengaja di benamkan ke kedua tapak tangannya, bahunya bergetar, suaranya melirih pelan. Dia menangis.

Badali tetap bergeming di tempat dan membiarkan dia nyaman mengeluarkan air mata. Mengapa gadis muslimah sepertinya keluar malam dan menangis? Apakah dia kabur dari rumah? Ia menepis pikiran yang tidak-tidak. Tidak mungkin dia kabur atau tidak mungkin ia seorang kupu-kupu malam? Opini kedua sangat tidak masuk akal! batinnya.

Dari kejauhan tepi jalan, Badali memicingkan mata saat melihat dua orang yang sedang berpegangan tangan celingak-celinguk seperti mencari seseorang. Dengan inisiatifnya, ia berkata, "Mbak, kayaknya Mbak di cari'in tuh."

Gadis itu mengusap kasar wajahnya lalu melihat sekitar untuk memastikan. Ia menatap ke segala arah dan menemukan objek yang di sebut laki-laki itu. Sontak saja matanya membulat, oh ayolah kemana dia akan kabur?

"Loh, Mbak, mau kemana?!"

Ia langsung berdiri membawa tasnya dan bersembunyi di balik tumbuhan-tumbuhan rimbun dekat halte. Ia tidak mempedulikan kaki-kakinya yang terasa sakit karena tertusuk ranting. Yang terpenting, dia selamat dari dua orang itu.

"Maaf, Dik. Liat gadis remaja, memakai kerudung pink dan baju kaos serta pake rok. Tingginya segini." Perempuan dengan dandanan ibu-ibu sosialita itu mengangkat tangan melebihi tinggi tubuhnya.

Badali menggeleng cepat. Dan beralih menyibukkan diri dengan HP tegaknya. Jujur saja, hatinya sedikit tidak enak dengan gadis tadi. Aksi main gamenya pun sudah berhenti sejak tadi.

"Jangan bohong!" tuding laki-lakinya.

Tin-tin!

"Maaf, Pa, saya sudah di jemput. Permisi." Badali beranjak santai mendekati sopirnya. Setelah Badali masuk, mobil itupun melesat pergi dari sana. Meninggalkan perempuan dan laki-laki itu, juga gadis yang sedang berusaha bersembunyi dari mereka.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang