Bab 10

153 54 45
                                    

Hay, maaf cuma segini.

Vote, komen, krisar.

*

"Ibu saya gimana, Dok?!"

Ibu Ratna menatap Aira sendu, Dokter itu melepas maskernya dan menaruhnya di jas kebanggaannya.

"Maaf, Dik ---

"Innalillahi ---

Aira dan Ibu Ratna menoleh kepada Maya dan Gina yang berada di belakang Aira.

"Ngomong jangan sekate-kate!" umpat Gina kepada Maya yang tidak sengaja menyebut kalimat sakral itu. Tangannya juga berhasil menjitak kepala yang dibalut kerudung Saudia.

Maya mendengus sebal.

Ibu Ratna kembali menatap Aira sendu. Aira menahan gunungan airmata yang kapan saja akan tumpah.

"Maaf, Dik. Sepertinya harus diambil tindakan operasi," ucap Ibu Ratna. Aira yang memasang muka tegang akhirnya memilih mendudukkan diri di kursi.

"Administrasinya akan saya selesaikan, Dok. Berikan yang terbaik untuk Umi saya," ucap Aira. Ia mengusap kasar wajahnya.

"Baik Dik, kami menyiapkan ruangannya dulu, insya Allah 1 jam kita laksanakan operasi." Ibu Ratna beranjak dari sana.

Setelah kepergian Ibu Ratna, Gina dan Maya langsung meringkuh Aira. Mereka berdua memeluk Aira.

"Ra, sabar ya Ra," ucap Maya memberi energi fositiv kepada Aira.

"Iya Ra, Umi kamu pasti kuat! Kamu yang harus kuat disini," timpal Gina.

"Aku kuat kok," cicit Aira dalam isak tangisnya. Dan terpaksalah ia menggunakan uang Attamim.

Maya melepaskan ringkuhannya. Ia menegakkan badan. "Eh, BTW! Dapat uang dari mana?" tanya Maya.

"Eh iya? Dapat dari mana uang sebanyak itu? Pasti 'kan operasi-operasian gitu, mahal," sambung Gina.

"Tenang, aku punya kok," jawab Aira sembari tersenyum. Aira berdiri. "Aku ke bagian Administrasi dulu ya," ucapnya seraya pergi meninggalkan Maya dan Gina.

"Ikut!"

"Ikut juga!"

Mereka bertiga berjalan beriringan, energi fositif terus saja mereka pancarkan untuk Aira. Mereka yakin, Aisyah bisa diselamatkan dari penyakit mematikan itu.

*

"Izroil, aku takut."

"Izroil, tolongin aku."

"Badali, aaaaaa ---

Brak!!

Sambungan telpon itu terputus sepihak. Laki-laki yang sering dipanggil Izroil itu langsung bangkit dan menyambar kunci motor serta jaket. Ia berlari mendekati pintu dan membuka serta menutupnya kasar.

"Woy, Izroil! Eh buset, kebelet kali ya. Jangan lama-lama Izroil, kita lagi genting nih." Komputer yang masih menyala itu menyuarakan suara Dailami yang ada di sebrang sana bersama Dea juga Farid, mereka sedang mabar.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang