Bab 24

106 38 42
                                    

Hayo yang nungguin GW up, cung dulu... wkwk nggak ada.

Sekedar informasi, aku ngetiknya di jam ke-9 tahun 2020. Tapi nyeleseinnya di jam ke-3 tahun 2021.

Semoga tahun ini lebih baik dari tahun-tahun seelumnya. Aamiin.

Typo, laporin weh
Vote, komen, krisar

Semoga bermanfaat

Selamat membaca.

*

Hari-hari berjalan sangat cepat. Waktu kian berputar meninggalkan masalalu. Semua kenangan, terangkum jelas di sudut hati.

Aula SMA Trisakti 1 sedang dipakai untuk acara kelulusan tahun ini. Semua orang tua, sanak saudara mendatangi ruangan ini dengan suka cita, guna perwakilan anak murid yang lulus tahun ini.

Rasanya baru kemarin mereka memasuki sekolah ini, tapi hari ini mereka justru sudah resmi menjadi alumni. Waktu sangat cepat berlalu.

Rasanya baru kemarin saling bermalas-malasan belajar, tapi hari ini seperti mimpi, mereka lulus 100% .

Farid tersenyum bahagia kepada teman-teman sekelasnya. Tidak jarang pula ada yang meminta poto dengannya. Ia menyambutnya dengan suka cita.

Setelah acara yang panjang, Fadli menepuk pelan bahu anaknya. "Nak, dipanggil tuh," ujarnya sembari mengisyaratkan matanya untuk naik ke atas panggung.

Farid menoleh sebentar kepada Fadli dan tersenyum sumringah. "Iya-iya, Papa bangga sama kamu!" puji Fadli.

"Bukan itu, Pa. Farid pengen Papa yang kesana," suruh Farid.

Fadli menyentak kepalanya kebelakang. "Lah? Enggak bisa gitu Nak."

"Bisa, Pa. Lagi mode bermain ini. Yang ada level permainan aku turun."

"Dasar anak game!" cibir Fadli, ia menepuk pundak sang anak.

Farid tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya. "Maaf ya, Pa. Ngerepotin jadi anak."

"Untung anaknya pinter!" seru Dailami.

"KITA PANGGIL SEKALI LAGI KEPADA FARID AGAR SEGERA MENAIKI PANGGUNG."

"Papa nih yang kesana? Nanti disangka Papa tua lagih."

"Emangnya Papa mau disangka muda? Hati-hati, banyak janda!" celutuk Farid yang sudah berkutik dengan HP tanpa suara.

"OTW dua nih Om Fadli!" timpal Dailami.

"Heh kamu bisa aja. Nggak mau ah, ngikut Alm. Bj Habibie dong, setia pada satu perempuan."

"Good Father!" Dailami mengacungkan kedua jempolnya kepada Fadli.

"Udah Pa. Sekali-sekali ambilin yah. SMP kemarin Mama mau kok disuruh," ujar Farid lagi.

"Yaudah. Selamat ya 'Nak!" ucapnya sembari berdiri dan menepuk kedua lututnya.

"BAIKLAH. KITA SAMBUT AHMAD FARID HANAWI DENGAN PELOREHAN NILAI TERTINGGI. DAN BERHASIL MENJADI JUARA UMUM!"

Fadli berjalan dari pojok sembari tersenyam-senyum kepada orang-orang yang menatapnya. Setelah sampai, ia mendekat dan membisikkan kehendak anaknya.

"KAMI MENYATAKAN BANGGA TERHADAP ANAK ANDA, BAPAK FADLI TERHORMAT! DAN PERKENALKAN BELIAU INI OM FADLI, ORANGTUANYA AHMAD FARID HANAWI."

"Lihat tuh gaya Papa lo. Keren juga!" puji Dailami.

"Biarin lah dia. Sekali-sekali ngewakilin anaknya." Farid menatap sebentar ke arah panggung dan kemudian fokus lagi kepada HPnya.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang