Bab 28

114 34 23
                                    

Haluuuuuu kaliaaaaan

Hari bab 28 untuk ketiga hari ending wkwk

Maaf banget nggak ngefeel
Aku langsung up, mataku sedikit lelah, jadi yang plot hole laporin yah. Yang typo juga. Biar aku revisi setelah kalian tandain, wkwk. Nggak niat banget jadi penulis. Wkwk. Nggak kok :v

Typo, kbbi, laporin
Vote, komen, krisar

Selamat membaca

Berdoa dulu : Ya Allah, semoga naskah ini bermanfaat, dan terbit :v. Aamiin.

*





Pukul 16 : 35, Aira masih melayani beberapa anak perempuan yang sengaja nongkrong di standnya.

"Rasa cokelat-taro, ori, cokelat susu sama cokelat keju." Aira memberikan empat buah cup sedang kepada gadis-gadis yang duduk melingkar.

"Makasih, Kak!" ucap salah satu mereka.

Aira tersenyum hangat dan beranjak meninggalkan mereka. Ia duduk kembali.

"Khalil tuh," ujar Devi sembari menunjuk seorang cowok sederhana dengan kaos dan celana levis hitam.

Dari arah jalan utama, Khalil datang sembari menenteng kresek bening besar bertuliskan 'Az Zahra' . Laki-laki dengan kisaran umur 20-an itu tampak gagah menyebrang jalan.

Aira dan Devi saling mengkode kesepakatan dengan tersenyum penuh makna.

Khalil sampai di standnya untuk menggantikan Aira yang sebentar lagi pulang. "Napa lu bedua?! Pasti mau minta, ye kan?!" tebaknya malas.

Aira dan Devi mengangkat senyum lebar bersamaan.

"Kebiasaan! Makanya kalau diajak nongkrong disana, mau, biar jatah gue kagak ludes! Gimana sih. Untung gue beli banyak!" cibir Khalil sembari menggeledah roti yang ia beli. Ia mengambil dua roti gurih yang dilapisi beberapa potong sosis. "Pizza ala-ala yah." Ia melempar kedua bungkus itu ke muka Aira dan Devi secara bergantian.

"Anak pengertian!" ucap Devi.

"Makasih, Lil," ucap Aira.

Khalil mengambil roti yang sama dan duduk di bangku plastik berhadapan dengan dua perempuan. "Gue kalau gini, bayangin punya istri dua, hahaha. Nggak papalah temen rasa istri!"

Devi berdecih pelan. "Na'udzubillah! Amit-amit, ya kan, Ra! Tamat SMA aja kagak!" hina Devi.

Aira terkekeh pelan. "Nggak boleh gitu, Dev. Biarkan Khalil nggak lulus SMA, asalkan agamanya bagus, serta mau banting tulang."

"Remuk, Ra, tulang gue kalau dibanting! Punya patner gini amat!" dumel Khalil.

Aira membuka bungkusannya. "Makasih sekali lagi, ya Lil. Sering-sering gini hehe, aku doain semoga kamu jadi juragaran roti, biar aku sama Devi bisa makan gratis."

Devi terbahak. "Aamiin paling keras dah!" sahutnya bersemangat.

Khalil berdesis pelan, Giliran gratis aja, doanya ikhlas benner! batinnya.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang