Bab 12

132 47 29
                                    

Assalamu'alaikum, gimana kabarnya?

Alhamdulillah aku sehat :)

Selamat membaca

Aamiinkan ya do'aku, "Ya Allah, semoga naskah ini terbit dan memberi manfaat kepada makhluk-Mu." Aamiin.

Typo laporin, krisar, vote dan komen.

*

Lalu lalang pengendara motor menapaki ruas jalan A Yani, Kota Banjarbaru. Suasana sore memang selalu padat-padatnya dengan pengendara bermotor, ditambah lagi sore adalah waktunya untuk para muda-mudi jalan-jalan sambil mencicipi kuliner. Di sepanjang jalan A Yani, banyak para pedagang kaki lima menjajakan barang dagangannya di berbagai pinggir jalanan, dari es, gorengan, roti, sate, hingga nasi goreng.

Aira, gadis berjilbab phasmina ungu dan cardingan senada itu tengah berbincang kecil dengan seorang pria kisaran 21 tahun keatas. Mereka sama-sama duduk bersebrangan di pondok kecil yang tersedia di Taman Kota.

Seperti persyaratan yang tertera, Aira memilih untuk bekerja paruh waktu, dan hasilnya akan ia bagi untuk membayar hutang dan keperluan sehari-harinya.

"Baiklah jika itu mau kamu, tapi jika saya berubah pikiran, kamu harus menurutinya. Datang saja ke alamat ini, ini tempat kerja kamu," ucap Attamim sembari menyodorkan kartu alamat Restoran cepat saji miliknya.

"M-makasih Pak. Sekali lagi, makasih atas uangnya yang aku pinjam. Aku janji, akan aku ganti semuanya," ujar Aira, ia tersenyum kecil kepada Attamim. Syukurlah, masih ada orang yang membantunya dikala gundah gulana seperti ini. Allah selalu menolong hamba-hambanya yang kesusahan lewat bantuan-bantuan kecil makhluk-Nya.

"Saya pamit, dan sampai jumpa!" Attamim beranjak dari duduknya, Aira mengangguk, seret matanya mengamati setiap langkah Attamim hingga menghilang di balik mobil Freed putih, mobil itu melaju perlahan diantara pengemudi lainnya.

"Alhamdulillah!"

Sejenak, ia mengamati beberapa orang yang lalu lalang di sekitarannya, Taman Kota memang selalu ramai.

Tak henti-hentinya hatinya berucap terima kasih kepada Attamim serta berdoa yang baik-baik untuk laki-laki itu.

"Oh, iya," ucapnya sembari berdiri. Ia tersenyum ramah kepada para Ibu-Ibu yang tengah menjaga buah hati mereka. Fidya apa kabar ya? tanyanya membatin.

Setelah Aisyah masuk Rumah Sakit, dengan terpaksa, Fina --- Ibunya Farid, mencari baby sisters untuk menjaga Fidya. Beberapa kali juga keluarga Farid menjenguk Aisyah ke Rumah Sakit dan Farid, Fidya dan Fano selalu ikut.

Entah kenapa, saat di pandang oleh Farid, Aira menjadi parno sendiri, seakan dirinya istimewa. Tapi perasaan janggal itu ia tepis dengan perkataannya sendiri. "Jangan GR!"

Ia berjalan mendekati tanam-tanaman bunga, dari bunga matahari, mawar, melati, dahlia, juga kamboja tertata rapi di bak semen khusus untuk bunga.

"Subhanallah, cantik sekali, kau," pujinya kepada hamparan kecil bunga-bunga itu.

Mungkin, Aira salah satu dari golongan orang-orang yang sering menganggap bunga-bunga dan benda-benda di sekitar mendengar. Dengan seperti ini, terkadang manusia bisa bercerita dengan boneka-boneka tanpa takut rahasianya terbongkar.

Garis Waktu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang