Elora melirik ke arah kanan, dan mendengus kesal karena Nezar tak kunjung kelihatan. Padahal sudah hampir setengah jam dirinya menunggu di depan gerbang sekolah. Ck. Begitulah jika memiliki kekasih yang berbeda sekolah, jam pulang yang sedikit berbeda dan jalanan yang terkadang sulit untuk diprediksi kepadatannya.
Tin... Tin...
"Akhirnya, dateng juga." Ucap Elora dalam hati seraya menatap Nezar yang berjalan ke arahnya.
Dan, "ini buat kamu. Maaf udah bikin kamu nunggu lama."
Elora mengangguk dan tersenyum senang karena Nezar membelikannya roti isi coklat kesukaannya.
"Nanti malam aku mau ke rumah kamu," ucap Nezar seraya menuntun Elora masuk ke dalam mobilnya.
"Mau ngapain?"
"Tunangan."
Uhuk!
Elora tersedak. "W-what? Why is it so sudden?"
"Enggak mendadak kok. Aku udah ijin sama Mamah kamu, sama Papah kamu juga udah dan mereka setuju." Ucap Nezar seraya membukakan pintu mobil untuk Elora.
Dengan masih kebingungan dan terkejut, Elora masuk ke dalam mobil. Kemudian di susul oleh Nezar.
"Sayang, jangan kaget gitu dong..." Ucap Nezar seraya menjalankan mobilnya.
Elora memukul pelan lengan Nezar. "Gimana gak kaget, orang kamu ngomongnya tiba-tiba." Ucapnya.
Nezar terkekeh pelan. "Gak pa-pa, aku udah nyiapin cincin tercantik dan aku yakin ukurannya pas."
"Tapi akunya belum siap-siap."
"Siap-siap buat apa? Hn? Gak perlu sayang, dandang yang cantik aja."
"Kenapa tiba-tiba banget sih, Zar...? Ya tuhan."
Nezar melirik Elora sekilas. "Gak mau yah?"
"Bukan gak mau, tapi--ck. Aaah, kamumah... Aku jadi gak ada persiapan..."
"Udah sayang, orang rumah pasti udah nyiapin kok." Ucap Nezar yang kembali fokus penuh pada jalanan.
Hari ini ia dan Elora akan pergi makan siang terlebih dahulu, setelah itu mengantar gadisnya pulang dan bersiap-siap untuk nanti malam.
Nezar melirik Elora yang menjadi diam.
"Kaget banget yah, sampe diem terus."
Elora terkekeh pelan seraya menyandarkan tubuhnya. Entah ada apa, tapi Elora merasa ragu. Sudah sejak lama, ia merasa ada yang berbeda seperti apa yang Nezar katakan beberapa waktu yang lalu. Namun Elora selalu menepisnya.
"Are you okay?" Tanya Nezar.
"Heem, aku gak pa-pa kok."
Nezar menepikan mobilnya ketika sudah keluar dari jalur nasional.
"Sayang, tell me, apa yang bikin kamu bengong kayak gini?"
"Gak pa-pa, ayo jalan lagi aja, nanti rumah makannya penuh." Jawab Elora bahkan mengalihkan pembicaraan.
Nezar menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku gak suka liat kamu ragu kayak gini. Kamu masih untuk aku, kan?"
Elora menatap Nezar. "Ya, i'm yours."
"So why?"
"A-aku gak tahu."
"Perasaan kamu untuk aku, udah berubah. I knew it. Tapi aku selalu menyangkal itu." Ucap Nezar tiba-tiba.
Elora kebingungan. "A-apa bener kayak gitu? Perasaan aku, apa iya aku udah gak kayak dulu?"
"Bahkan kamu gak tahu perasaan diri kamu sendiri." Ucap Nezar tersenyum miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jealousy Boyfriend
Short StoryCemburuan? Awalnya biasa saja. Namun semakin hari, dia semakin manjadi saja. _______________________ "Aku bukan badut bodoh yang bisa kamu bohongin." Potong Elora yang berhasil membuat Nezar terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Nezar menatap El...