2️⃣2️⃣

7.7K 581 41
                                    

Semoga suka...

Hembusan angin malam membuat Nezar sesekali mengerjapkan mata, rasa dingin yang menghinggapi tubuhnya membuat alam sadarnya untuk meninggalkan balkon kamarnya, namun alam bawah sadarnya membuat kedua kakinya terus berdiam diri dengan memandangi bulan.

Nezar tersenyum hambar, "setidaknya bulan memiliki bintang." Ucapnya.

Ia terkurung dalam rasa bersalah yang terus menghinggapi pikirannya. Rasa bersalah telah mematahkan hati seseorang yang ternyata sangat dirinya cintai.

"Aku kira akan sulit untuk mencintai seseorang, tapi kamu... Dengan mudahnya membuat aku seperti ini." Nezar kembali mengingat setiap tingkah Elora yang selalu berhasil membuatnya gemas dan jatuh hati sejatuh-jatuhnya.

Elora berhasil memenangkan hatinya walau hanya dengan hal kecil saja, tersenyum bahkan hanya dengan merengek saja.

"Arrghh... I'm so stupid." Geramnya.

Bodohnya ia yang dengan sengaja berbohong dan membawa Elora ke dalam permainannya. Lalu sekarang? Ia bahkan ikut terluka di dalamnya.
Besar harapan Nezar untuk mendapatkan hati dan kepercayaan Elora kembali, namun mengingat setiap kebohongan yang telah dirinya lakukan membuat harapan itu memudar dengan sendirinya, digantikan dengan rasa takut akan hidup tanpa sosok manis itu.

"I'm so sorry..." Lirihnya bersamaan dengan suara ketukan pintu.

Tok... Tok... Tok...

Nezar melangkah masuk ke dalam kamar, kemudian membuka pintu dan tersenyum, berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Lena pada putra pertamanya itu.

"Belum ngantuk, Mom." Jawab Nezar, kemudian ia melirik Qila yang berdiri di samping sang Ibunda.

Nezar mengusap helaian rambut adik manisnya itu dengan lembut. "Tidur, Mommy juga... Have a nice dream, i love you, both of you."

Qila mengangguk saat Nezar selesai mencium keningnya. "We love you too..." Sahutnya.

"Mom, aku tutup pintunya ya?" Lena mengangguk dan Nezar pun menutup pintunya kembali.

***

Siang ini, sepulang dari sekolah, Nezar langsung tancap gas menuju sekolah baru Elora. Di sepanjang perjalanan, ia terus merafalkan doa, berharap bahwa dirinya tidak kesiangan menjemput Elora.

"Elora..." Gumamnya saat melihat Elora tengah berdiri di tepi jalan yang tak jauh dari gerbang sekolah barunya itu.

Nezar menghentikan mobilnya tepat di hadapan gadis itu. Kemudian ia keluar dengan sebuah senyuman dan,

"Sandwich coklat, your favorite."

Elora hanya diam, seakan-akan tidak melihat kehadiran Nezar yang kini berdiri di sampingnya.

"Aku anterin pulang, yah. Mau?"

"Kita mampir dulu ke rumah makan nasi Padang yang ada di sana, gimana?"

"Emh, atau kamu--"

Uhuk... Uhuk...

"Kamu sakit? Ayo, aku anter pulang..." Panik Nezar yang kini merangkul bahu Elora.

Elora lagi-lagi diam, ia seperti tidak melihat bahkan merasakan Nezar. Ia sudah terlalu muak menganggap pria itu ada, ia bahkan merasa bodoh saat pikirannya terus teringat akan kenangan manis di antara mereka berdua.

Nezar menghela nafas berat dan, "El, aku mohon," mohonnya.

Tiba-tiba saja Elora tersenyum, hal itu membuat Nezar merasa lebih baik. Namun,

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang