2️⃣0️⃣

8.9K 578 85
                                    

Maaf lama. Bingung aku awowkwk. Maaf juga kalau whehehe, you know what i mean... Enjoy aja dah muuach...

Minal aidzin wal fa idzin juga semuanya..........

Panik, itu yang  Lena rasakan sebagai seorang Ibu sesaat setelah membawa Nezar yang tak sadarkan diri dari sekolahnya. Dan sekarang, setelah satu minggu berlalu ia harus menyaksikan putra pertamanya yang terus memuntahkan setiap makanan yang dirinya makan.

"Dokter, ada apa? Anak saya, dia kenapa?" Tanya Lena seraya mengusap Nezar yang sedang terlelap dalam tidur.

"Gangguan lambung, Dispepsia. Lambungnya semakin parah, dia jadi sering muntah. Di usianya yang masih 18 tahun dia terlihat banyak sekali memikirkan hal yang lumayan berat, sebaiknya ajak dia berbicara dan kalau bisa, pinta dia untuk menemukan jalan keluar dalam masalahnya bersama." Jawab Dokter menjelaskan.

Lena menatap wajah Nezar iba, "baik Dokter, terima kasih."

"Ini resep obatnya, Ibu bisa tebus di rumah sakit langsung." Lena mengangguk paham. Kemudian ia mengantar sang Dokter hingga ke halaman depan rumah.

Selang beberapa menit setelah kepergian sang Dokter, Harry pun tiba. Ia berjalan dengan terburu-buru menuju kamar putra kebanggaannya. Putra yang selalu berhasil mewujudkan keinginannya.

Sesampainya di sana, Harry terdiam menatap Nezar yang masih terpejam.

"Puas kamu? Ini yang kamu mau dari anak kamu sendiri?" Ujar Lena yang entah sejak kapan berdiri tepat di belakang sang suami.

Harry terdiam menatap wajah pucat Nezar dengan berkaca-kaca.

"Udah satu minggu dia sakit kayak gini," tambahnya.

"Aku gak pernah mikirin ini sebelumnya," ucapnya tertunduk. Harry pun mendudukkan tubuhnya di samping Nezar.

Ia raih lengan putra petamanya itu dengan lembut, kemudian ia genggam dengan erat. Namun perlahan Nezar terbangun dari tidurnya, ia menarik lengannya dari dalam genggaman sang Ayah, membuat Harry menatapnya sedih.

"I'm so sorry,"

Nezar menatap sang Ayah dengan nanar dan terluka. "She left me." Ucapnya. "She really left me... Never comeback..." Sambungnya.

"Keep your patience, son." Ucap Harry, kemudian ia berlalu dari sana.

Sebagai seorang Ayah, untuk pertama kalinya ia merasakan sedih yang teramat sangat. Ini adalah kali pertama ia melihat putra kebanggaannya terlihat hilang harapan. Ia tidak pernah sadar bahwa putranya sudah besar, perasaannya sudah tidak bisa ia tunjuk untuk berlabuh pada siapa dan seperti apa. Keputusannya untuk menjodohkan Nezar sejak kecil ternyata salah. Harusnya ia sadar bahwa suatu saat Nezar akan tumbuh besar dan bertemu dengan banyak orang baru.

Harry mengusap wajahnya kasar, kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Cari tahu keberadaan Elora Salim, temukan gadis itu dan bawa dia pada saya." Ucapnya. "Secepatnya." Tambah nya.

Sedangkan di kamar sana, Lena tengah membujuk Nezar untuk makan agar ia bisa meminum obat setelahnya.

"Ayo dong, mau sampai kapan gak mau makan kayak gini? Hn? Seneng kamu liat Mommy sedih?"

Nezar hanya diam dengan memeluk Qila yang berbaring di sampingnya.

"I miss you..." Lirih Qila.

Nezar hanya mengeratkan pelukannya tanpa mengubah ekspresi apalagi mengatakan sebuah kalimat.

Qila menjauhkan diri dari Nezar dan duduk dengan menatap Nezar kecewa.

"Males ah, sakit mulu." Ucapnya.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang