7️⃣

7.9K 541 34
                                    

Elora, Linda dan Darren terlihat mengobrol di depan sebuah mini market dengan memegang es krim masing-masing. Mereka tertawa dengan candaan yang sesekali di berikan satu sama lain. Setelah membeli buku yang mereka perlukan, mini market itulah yang menjadi pilihan untuk mengobrol sebentar.

"Ini udah jam setengah 6, pulang yuk!" Ujar Linda seraya melirik jam di tangannya.

Elora mengangguk setuju.

"Ya udah, kita pulang." Putus Darren.

"Anterin dulu gue pulang, okay?"

Darren mengangguk sebagai jawaban. "Iya bawel, buruan! El, lo ikut dulu ke rumah Linda, abis itu baru gue anter pulang."

"Okay, yuk lah!" ucap Elora.

Mereka pun berlalu untuk mengantarkan Linda pulang terlebih dahulu dengan Darren yang menyetir.

"Seatbeltnya di pasang," ujar Darren pada kedua sahabatnya itu.

Linda yang duduk di kursi belakang tersenyum remeh. "Udah lah, rumah gue deket anjir!"

"Ho'oh..." Tambah Elora yang juga tidak memakai seatbeltnya.

"Heh onta, siapa yang tahu di jalan bakalan ada apa aja, kalau ada apa-apa gimana, heuh? Gue ogah di salahin."

"Iya deh iya, kita pake..." Ucap Elora. "Pake Lin, daripada gak jalan-jalan nih mobil."

Merekapun langsung memakai sabuk pengaman masing-masing, barulah Darren menjalankan mobilnya.

***

Setelah mengantarkan Linda pulang, ternyata hari sudah semakin malam. Darren pun kembali menjalankan mobilnya, kini giliran Elora yang harus di antarkannya.
Sepanjang perjalanan, Elora terlihat sibuk memandangi ponselnya.

Darren mengernyit heran, "lo kenapa? Biasanya bawel."

"Gak pa-pa,"

"Gue itu sahabat lo, bukan pacar. Simpen aja jawaban 'gak pa-pa' lo itu buat si Nezar."

Elora terkekeh pelan. "Yaelah, gitu aja marah."

"Terus kenapa?"

"Nezar beneran marah, Dar. Gue ngetexting dia tapi gak di bales, di baca juga enggak." Ucap Elora memberitahu.

"Sibuk kali,"

"Ya kali sibuk dari tadi."

"Positif thinking aja, mungkin jempolnya copot."

Tawa Elora pecah begitu saja. "Hahaha, jahat banget pikirannya..."

Kriiiyeuk...

"Apaan tuh?" Tanya Darren.

Elora tersenyum kikuk. "Aaah jangan ngomong gitu, malu..."

"Dih, apaan dah."

"Perut gue... Hehe, lapeer... Makan dulu yuk!"

Darren menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Ada-ada aja lu, ribet. Enggak, langsung pulang aja, lu makan di rumah aja."

"Tega... Lo tau kan gue gak boleh telat makan, kalau enggak perut gue sak--"

"Bawel, ya udah. Kita makan di cafe depan," putus Darren.

"Tapi..."

"Apa lagi sih, El? Ah males nih,"

"Gue gak ada duit."

"Biar gue yang bayar,"

Mendengar kalimat itu, Elora tersenyum senang, kemudian ia mencubit pipi Darren dengan gemas.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang