3️⃣5️⃣

4.1K 357 17
                                    

Elora tampak serius menjalani pemotretannya, pakaian yang dipromosikannya terlihat sangat cocok dan menyatu pada tubuh gadis itu. Tapi setiap pose yang Elora lakukan atas arahan Jevan selalu membuat Nezar menggeram tertahan.

"Bajunya harus yang mini-mini kayak gitu?" Tanya Nezar tak suka.

Jevan yang sedang memotret Elora hanya diam dan fokus pada pekerjaannya.

"Seharusnya gue larang Elora buat bantuin kerjaan lo."

Jevan mendelik sebal. "Mending lo balik deh, berisik." Ucapnya.

Nezar menatap wajah cantik Elora yang kini sedang mengusap rambut panjangnya ke arah belakang. Dan sial, Elora terlihat seksi dengan pose itu. Jujur, Nezar tidak suka. Hanya dirinya yang boleh melihat Elora seperti itu.

"Stop! Stop!" Ujarnya seraya berjalan menghampiri Elora dengan jaket.

Jevan memasang wajah jengah. "Lo dari tadi berisik mulu! Ganggu."

Nezar memasangkan jaket miliknya pada tubuh Elora. "Ketek kamu keliatan, aku gak suka."

"Zar, ini baju terakhir... Tanggung," ucap Elora seraya mendorong tubuh Nezar dari greenscreen. Kemudian melepas jaket yang Nezar kenakan dan kembali berpose seperti sebelumnya.

Nezar hanya mendengus kesal, ini kesalahannya yang sudah menyetujui hal itu dari awal. Dan Jevan, dia memanfaatkan ini semua dengan baik, dia berhasil memainkan emosinya.

Cektrek.

"Okay, sip. Udah selesai, thanks ya El..." Jevan berjalan mendekati Elora untuk berjabat tangan.

Elora membalas uluran tangan Jevan dengan senyuman yang lebar. Dan itu membuat atmosfer khusus disekitar Nezar semakin panas.

"Gak usah senyum-senyum!" Ucap Nezar. "Ganti baju, kita pulang." Tambahnya.

Elora hanya terkekeh pelan menanggapinya.

"Ya udah, ganti baju gih. Dan kalau udah sampe rumah, titip salam buat Agam." Ucap Jevan.

Elora mengangguk pelan. "Tentu, dan ya... Jangan lupa bayarannya, ini gak gratis."

Jevan tertawa pelan. "Iya, nanti aku transfer."

"Bisa cepetan gak sih? Ayo El!" Ujar Nezar.

Elora berlalu untuk berganti pakaian dengan ditunggui Nezar di luar ruangan. Kemudian Jevan berjalan mendekatinya.

"Elora tipe orang yang setia." Ucap Jevan tiba-tiba.

Nezar mengangkat sebelah alisnya. "Maksudnya?"

Jevan terkekeh pelan. "Jangan karena lo udah pernah mengkhianati dia, nyakitin perasaan dia dan itu ngebuat lo jadi posesif karena takut Elora ngelakuin hal yang sama. Elora punya hati, gak kayak lo."

"Posesif? Gue cuma ngejaga apa yang gue punya."

"Tapi rasa takut lo terlihat jelas." Sahut Jevan.

Nezar melipat tangan di depan dada. "Asal lo tahu, sejak awal pacaran, gue gak pernah suka liat Elora deket sama cowok lain."

"Walau Elora bahagia?"

Nezar terdiam.

"Gue harap lo bisa menjamin kebahagiaan Elora, jangan sampe gue yang gantiin tugas lo." tambah Jevan yang kemudian berlalu.

Bersamaan dengan itu, Elora keluar dengan jeans pendek dan sweater oversizednya.

"Ayo, pulang!" Elora pun berjalan terlebih dahulu keluar gedung tempatnya melakukan pemotretan.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang