3️⃣

11.4K 593 19
                                    


Nezar menatap layar monitor laptop yang berada di atas pangkuannya. Keningnya berkerut, bingung.
Bagaimana tidak, saat ini ia tengah di sibukkan dengan kegiatan di luar pelajaran sekolahnya. Nezar terlihat sibuk mencari kalimat yang di rasa cocok dan indah jika dibuat menjadi sebuah lirik lagu.

Dalam satu minggu ke depan, ia harus sudah menyiapkan liriknya. Dan mulai menyelaraskan dengan melodi yang beberapa waktu lalu ia buat dengan sahabat satu bandnya. Band yang memang di pertemukan saat ekstra kurikuler di sekolah. Bagi Nezar, musik adalah salah satu metode penyembuhan jiwa bagi dirinya.

Ceklek.

Seseorang membuka pintu kamarnya.

"Izin dulu dong, Qil!" Kesal Nezar tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Izin dulu dong, Qil!" Kesal Nezar tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini Mommy." Nezar langsung mengalihkan pandangannya dan menyimpan pekerjaannya.

"Maaf, Mom. Ada apa ya, Mom?"

"Dari tadi sore, dateng-dateng langsung masuk ke kamar. Gak keluar-keluar. Sekarang waktunya makan malam dan kamu masih di kamar. Ngapain sih?" heran Lena, Nyonya Lena Dawnson. Ibu dari Nezar Dawnson.

Lena mengedarkan pandangannya dan menatap setiap penjuru kamar putra tampannya itu.

"Kamu simpen dulu kertas, pulpen sama laptopnya. Mommy tunggu di meja makan." Ucap Lena yang sudah terbiasa melihat beberapa lembar kertas bergeletakan di atas meja dan tempat tidur putranya.

"Iya, Mom ..."

"Don't be late, son. Your Dad would be mad at you," sahut Lena yang kemudian berlalu.

Mendengar itu, Nezar langsung membereskan buku dan juga laptopnya. Kemudian ia menyusul sang Ibunda dengan setengah berlari.

"Malam Dad, Mom ..." Sapa Nezar seraya menarik kursi yang berdampingan dengan sang Ibunda. "Sorry i am late," tambahnya.

"Masa aku gak di sapa," ucap Qila yang sudah makan terlebih dahulu.

"Siapa suruh makan duluan,"

Qila hanya memutar bola mata sebal dan melanjutkan makan malamnya.

"Udah jangan berantem dulu, makan yang bener." Ucap Lena seraya mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya yang baru pulang bekerja setelah 3 hari di luar kota.

"Dad, buku yang Nezar minta udah di beliin?"

Harry mengangguk sebagai jawaban. Harry Dawnson, kepala keluarga sekaligus Ayah kebanggaan bagi putra dan putrinya.

"Makan dulu, nanti kamu ambil di tas kerja Daddy." Ucapnya.

Nezar mengangguk paham dan mulai memakan makan malamnya.

"Daddy denger, katanya kamu sama temen nge-band kamu mau tampil di Cafe Sparkle?"

"Iya, Dad. Boleh kan?"

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang