Semoga suka.
Jangan bosen ya.
Vote!
Comment.
Luv yaa!Agam dan Dhirga menatap Elora dengan serius, sedangkan yang ditatapnya terlihat menunduk takut. Kemudian terdengar helaan nafas panjang dari kedua pria yang sangat menyayangi sosok Elora.
"Mau gimana lagi Gam, lo punya adek bego sih." ucap Dhirga, Elora hanya merengut kesal seraya bersandar pada punggung kursi.
Agam mencondongkan tubuhnya dengan kedua tangan yang ia tompangkan di atas kedua kakinya.
"Nezar bilang apa aja?" Tanya Agam.
"Dia cuma bilang kalau dia bisa aja laporin Dhirga ke pihak berwajib." Jawab Elora.
Dhirga tertawa miris. "Anjir dipukul gitu doang,"
"Dih, dia sampe diperiksa Dokter tahu... Mukanya jadi segede wajan gegara bengkak." Ujar Elora.
"Lebay. Kalau laporan pun paling ganti rugi, mudahlah. Dikira keluarganya doang yang bisa megang kendali." Ujar Dhirga, Kakak sepupu yang kini tinggal satu rumah dengan Elora karena Elora tidak ingin tinggal bersama Ayahnya dan Ibu tirinya.
Ya, Ayahnya sudah menikah siri. Sampai nanti surat cerai dari pengadilan di keluarkan. Ck. Sangat menyebalkan bagi Elora. Jadi ia lebih memilih tinggal bersama Paman dari pihak Ayahnya.
"Fix Gam, ini adek lo bucin banget sama si kampret itu." Kesal Dhira saat Elora mengatakan bahwa dirinya menemui Nezar dan membuat Nezar berhasil naik satu level untuk mendapatkan maaf.
"Gak gitu ih! Udah aku bilang kalau tadi itu aku takut, aku nyemalatin kamu loh Dhirga... Nyebelin banget sih."
Dhirga melempar bantal sofa pada Elora. "Sok pinter, lu ah!"
"Dek, Kakak gak setuju kalau Nezar sampe deket-deket kamu lagi."
Elora mengangguk paham. "Aku juga gak mau kali,"
"Ya terus? Perjanjian tadi? Yang katanya kamu mau nurutin Nezar?" Ujar Dhirga bertanya.
Elora terdiam. "Aku bisa tangani ini." Ucapnya seraya berdiri dari tempat duduk.
"Heh mau ke mana? Gak sopan lu jadi adek!" Ujar Dhirga yang benar-benar kesal atas keputusan Elora yang tak masuk akal.
Elora menaiki anak tangga dengan perlahan.
"Pokoknya kamu harus jadi sama Jevan! Dua hari lagi dia dateng." Ujar Dhirga setengah berteriak.
Elora memutar bola mata sebal. "Iyaaa! Mau Jevan, mau Duda juga terserah!" Sahut Elora tak kalah kencang, untung saja Paman dan Bibinya sedang tidak ada di rumah.
Elora menghempaskan tubuh lelahnya di atas tempat tidur, tempat favoritnya ketika dirinya merasa lelah dan butuh waktu untuk menarik diri dari kehidupan yang sangat menguras tenaga, waktu dan pikiran dengan masa depan yang bahkan entah akan seperti apa.
"Jevan..." Gumamnya.
Jevan sendiri adalah teman dekat Dhirga. Terakhir kali Elora bertemu dengannya saat dirinya SMP kelas dua, saat Jevan menemui Dhirga untuk berpamitan karena akan pindah keluar kota. Dan sekarang? Dia kembali untuk membantu Ayahnya mengurus salah satu cabang perusahaan miliknya. Ya begitulah, Elora terlahir dilingkungan pengusaha, yang dirinya kenal pun tak jauh dari itu. Lebih tepatnya dikenalkan.
Elora kembali mengingat apa yang Nezar katakan.
"Aku tahu kamu lagi deket sama seseorang..."
Elora mengernyit heran. "Masa iya dia tahu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jealousy Boyfriend
Short StoryCemburuan? Awalnya biasa saja. Namun semakin hari, dia semakin manjadi saja. _______________________ "Aku bukan badut bodoh yang bisa kamu bohongin." Potong Elora yang berhasil membuat Nezar terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Nezar menatap El...