1️⃣5️⃣

6.8K 433 59
                                    

Ini panjang...

Di sepanjang perjalanan dari rumah pada keesokan harinya, Elora terus saja melamun. Hal itu membuat Agam semakin penasaran bagaimana bisa adiknya itu tak sadarkan diri dengan di temani teman dari pacarnya, bukankah ia akan menemui kekasihnya.

Agam mengusap helaian rambut panjang Elora dengan lembut. Elora melirik Kakak keduanya itu, kemudian tersenyum.

"Kamu kenapa, sih? Kakak khawatir banget sama kamu, kamu kok bisa sampe pingsan gitu. Makan malam kan udah," heran Agam. "Semalam yang nungguin kamu pun bukan Nezar, iya kan itu bukan Nezar?"

Elora menganggukkan kepalanya. "Yang selamam itu Sadam, temennya Nezar."

"Terus Nezar kemana? Bukannya kamu ke sana mau nemuin dia,"

Elora kembali menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia bahkan tidak tahu harus menjawab apa, ia pun tidak menyangka saat mengetahui bukan Nezar yang menemaninya di rumah sakit.
Elora menatap wajahnya di kaca spion samping.

"Kak, aku ngebosenin yah?" Tanya Elora mengingat kalimat yang Nezar lontarkan.

"Enggak, kamu asik kok. Kamu bawel, mana bisa ngebosenin." Jawab Agam yang tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi pada adik kecilnya.

Elora melirik Agam dan, "aku childish ya, Kak?"

Agam mengernyitkan dahinya kemudian mengacak rambut adiknya itu dengan gemas. "No, you're not. Kenapa sih? Ada apa? Cerita ke Kakak." Pinta Agam.

Elora menggelengkan kepalanya. "Gak pa-pa."

"Berantem sama Nezar?"

Elora terdiam. Agam pun mengangguk paham. "El, berantem itu wajar, gak usah kayak ginilah. Jangan melamun, jangan terlalu dipikir--"

"Nezar mau putus, Kak..." Ucap Elora. "Tapi El gak mau, El sayang sama Nezar..."

"Loh, ada masalah apa sampe dia minta putus?"

Elora memainkan jari jemarinya dengan bingung. "Katanya, katanya bosen." Suaranya memberat menahan rasa sesak.

"Sialan banget tuh orang. Gak bisa dibiarin! Biar Kakak tel--"

"Jangan!" Elora menggelengkan kepalanya melarang. "Mungkin semalam Nezar cuma marah gara-gara aku dateng gak ngasih tahu dia. Nanti, nanti aku aja yang tanyain ke dia..." Tambahnya.

Agam terlihat menggeram menahan kekesalannya. "Gak bisa dibiarin! Dia jadi cowok gak tanggung jawab, karena ada masalah, kamu pingsan pun dia gak nemenin, El. Udahlah, kalian putus aja!"

"Gak mau Kak..." Rengek Elora. "Aku itu sayang sama dia..."

"Ya allah, El! Kamu sakit hati gak, dia minta putus cuma gara-gara bosen?"

Elora mengangguk lemah.

"Ya udah putus aja, masih banyak cowok yang lebih baik." Ujar Agam yang tak habis pikir dengan tingkat kebucinan adiknya itu.

"Tapi Nezar baik..."

"Baik dari mananya, sih ya ampun! Dia ke rumah sakit gak? Dia ada nelpon kamu? Enggak kan. Kalau dia emang minta putus, ya udah. Jangan nyakitin diri kamu sendiri."

Elora memeluk Kakaknya dari samping. "Nezar pasti gak serius bilang putusnya, selama Kakak di luar kota, dia yang selalu jagain aku. Kalau Mamah sama Papah lagi berantem, dia selalu langsung dateng ke rumah dan bawa aku keluar."

"Susah banget dibilangin. Terserah kamu, Kakak gak bakalan ngelarang atau ngedukung kamu. Kakak gak suka ada orang yang nyakitin kamu." Ucap Agam seraya memarkirkan mobilnya.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang