2️⃣

13.8K 685 4
                                    

Ada yang di ubah di awal, cuma Elora jadi anak IPS dan Kakak-kakak Elora, yang satu udah nikah dan yang satu kuliah di luar kota. Okay...

***

Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada dan mata yang menyipit tajam, Elora tetap tidak mendapatkan persetujuan. Ingin sekali ia melempar pria di hadapannya ke dalam rawa-rawa atau menjadikannya umpan untuk ikan di palung mariana. Sebegitu menyebalkannya Nezar di mata Elora hari ini.

"Ini makan dulu," ucap Nezar dengan sebuah roti isi coklat kesukaan Elora di tangannya.

Elora meliriknya sekilas dan kembali menatap ke arah lain.

"Jangan marah terus dong, aku gak bisa nurutin kamu terus yaang ..."

Elora menatapnya tak percaya. "Terus? Ya ampun, kapan sih aku minta izin pergi sama temen-temen aku. Tinggal bilang iya aja kok ribet,"

Nezar menyimpan roti isi tersebut di atas meja belajar milik Elora, ya mereka tengah menghabiskan hari minggu bersama. Sejak pukul 10 pagi, Nezar berada di kediaman keluarga Elora, sampai saat ini pukul 2 siang.

"Mau pergi ke mana?"

"Bioskop, boleh yah?" Jawab sekaligus pinta Elora.

Nezar menatap Elora dengan tatapan yang sangat sulit untuk di artikan. "Siapa aja?"

"Aku, Linda, Roni sama Darren."

"Biar pasang-pasangan?"

Elora menggeleng keras. "Enggaklah, kamu kalau mau ikut ya ayo!"

"Aku gak bisa, jam 3 harus pulang."

"Ya udah, aku pergi sama mereka aja. Boleh kan?"

"Makan dulu rotinya," ucap Nezar.

"Tapi di izinin kan?"

"Enggak. Mending kamu belajar buat besok, ulangan sejarah kan?"

Elora mendengus kesal. "Belajarnya bisa malem, sore nanti aku mau keluar dulu sama mereka."

"Nilai kamu bisa jelek, kayak muka."

"Mulutnya tuh, nyakitin mulu." Kesal Elora sembari memakan roti isi yang memang sengaja Nezar buatkan.

Nezar berjalan ke arah pintu dan,

PRANG!!

BRAKH!!

Langkahnya terhenti saat suara benda pecah dan terjatuh terdengar oleh pendengarannya.

Ia langsung melirik Elora yang ternyata tengah menatapnya.
Tangannya bergetar. Matanya mulai memerah menahan air mata.

Nezar menutup pintu kamar tersebut dan berjalan menghampiri Elora yang duduk di kursi meja belajarnya.
Lengannya terangkat mengusap kepala Elora dengan lembut. Ia menarik tubuh Elora ke dalam dekapannya.

"Aku takut ...." Lirih Elora yang kini memeluk pinggang Nezar.

"It's okay." Jawab Nezar dengan mata yang terus menatap ke arah pintu.

Ia melepaskan Elora dari pelukannya dan kemudian menurunkan tubuhnya.
Dengan berdiri di atas lutut, Nezar bisa menatap kedua manik mata Elora yang kini basah karena air mata.

"Papah aku kasar dan mudah tersinggung, sedangkan Mamah ... Mamah orangnya kalau marah suka ceplas ceplos ... Hiiksss ... Yang ngelempar barang juga bukan Papah doang ... Mamah juga gitu," ucap Elora menjelaskan asal muasal suara barang yang berjatuhan di lantai dasar.

"Abang aku yang satu enak udah nikah, pisah rumah ... Yang satu lagi kuliah di luar kota, jadi ngekost. Mereka gak perlu denger--"

Nezar mengecup punggung lengan kanan Elora cukup lama. "Jangan sedih, jangan takut, cause i'm here. Okay?"

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang