1️⃣4️⃣

5.8K 399 42
                                    

Alunan lagu mengalun dengan indah, petikan suara gitar yang mendayu membuat pengunjung larut dalam lagu yang dinyanyikan Sadam dengan Nezar yang memetik gitar.

"Sst... Zar!" Bisik Beno dari arah belakang.

Nezar menajamkan indera pendengarannya.

"Ada Elora, dia nyariin lo." Ucap Beno yang membuat Nezar menghentikan petikan gitarnya.

Semua orang seketika terdiam. Para pengunjung memandang satu sama lain dengan kebingungan karena tiba-tiba saja alunan lagu yang tengah mereka nikmati berhenti di tengah-tengah.

Nezar berdiri dari duduknya dan menatap Beno heran.

"Lo!" Tekan Nezar.

"Sorry Zar, gue--"

"Sialan." Tekan Nezar seraya memberikan gitar yang di pegangnya dengan kasar pada Beno.

Nezar berlalu dari sana.

"Zar, gue gak--"

Nezar kembali berbalik dan menunjuk Beno dengan sorot mata tajamnya. "Just shut the fuckin' up!" Sentaknya.

Nezar bahkan tidak memedulikan pandangan orang-orang yang kaget mendengar sentakan Nezar yang cukup keras. Beno pun menatapnya bingung, ia tidak tahu masalah apa yang sebenarnya Nezar alami sampai ia menjadi semarah itu.

"Elora kan ceweknya, kok dia kayak gak suka ceweknya dateng." Pikir Beno.

Nezar berjalan ke arah Elora yang berdiri di ambang pintu masuk cafe.
Ia membalas tatapan rindu Elora dengan tatapan datarnya.

Melihat Nezar berjalan menghampiri dirinya, Elora langsung mengulas sebuah senyuman.

"Ada ap--" Nezar kembali terdiam ketika Elora tiba-tiba saja berhambur memeluknya dengan erat.

"Aku kangen kamu..." Ucap Elora yang semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Nezar.

Nezar masih terdiam dengan tangan yang mengepal kuat dan mata yang terpejam rapat. Ingin sekali ia membalas pelukan gadisnya itu, tapi ia tidak bisa melakukannya. Ia takut tidak bisa melepaskannya lagi.

Elora menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah Nezar tanpa melepaskan pelukannya.

"Kok gak di bales sih pelukannya? Kamu gak kangen?" Tanyanya sedih.

Nezar melepaskan pelukannya.

"Dateng sama siapa?" Tanya Nezar.

"Sama Kak Agam, Kakak ak--"

"Aku tahu dia Kakak kamu." Potong Nezar seraya membawa Elora dari ambang pintu ke luar cafe.

Elora menghentikan langkahnya, begitupun dengan Nezar.

"Kita mau ke mana?" Tanya Elora yang semakin bingung dengan sikap kekasihnya itu.

"Kamu ikut pulang lagi bareng Kakak kamu." Ucap Nezar dengan tatapan yang sedari tadi sulit untuk Elora tebak.

Mulut Elora membulat karena tak percaya dengan apa yang Nezar katakan. "Kakak aku udah pulang. Kamu kenapa?" Tanyanya.

Nezar memutar bola matanya malas dan memandang ke arah lain.

"Just go home, now." Ucapnya.

Elora hendak menyentuh lengan Nezar, namun ia urungkan saat Nezar menatapnya dengan tajam.
Elora memegangi tas slempangnya untuk mengurangi kegugupannya. Ia selalu merasa takut saat Nezar menatapnya tajam.

"Aku pesenin taksi sekara--"

"Gak perlu..." Lirih Elora dengan pandangan tertunduk.

Nezar meliriknya dan, sakit. Ia menyakiti dirinya sendiri dengan menyakiti Elora. Ingin sekali ia merengkuh tubuh rapuh itu.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang