Halo...
Jangan lupa Vomment for the next part.
Semoga sukaaa...Elora tersenyum ramah dengan tangan melambai, menyambut seseorang yang mengatakan sudah menyukainya sejak lama. Seseorang yang juga di percaya oleh Kakak dan sepupunya. Jevanlah orang itu. Orang yang baru sampai dari menyeberang pulau. Mereka menjemputnya langsung dari Bandara.
"Halo, Jev!" Sapa Agam. Mereka berpelukan dan saling menanyakan kabar.
Kemudian Jevan beralih pada Dhirga yang merupakan teman satu sekolahnya.
"Long time no see, brother!" Ucap Dhirga.
Selesai dengan kedua temannya, Jevan berdiri tepat di hadapan Elora yang sedari tadi tidak kehilangan senyumannya. Tangan Jevan terangkat dan mengacak kecil rambut Elora dengan gemas.
"So cute..." Ucap Jevan.
Blush.
Bisa-bisanya pipi gadis itu memerah hanya dengan kalimat itu saja. Elora langsung memalingkan wajahnya, hal itu membuat Jevan semakin merasa gemas saja. Setelah beberapa tahun tak bertemu secara langsung, ternyata Elora masih mampu membuat seorang Jevan merasa gemas.
"Hai..." Sapa Jevan seraya mengulurkan tangan.
Elora membalas uluran tangan tersebut. "Halo... Gimana? Muka aku masih sama atau beda?"
Jevan terkekeh pelan. Ia melirik Agam dan juga Dhirga bergantian, kemudian kembali menatap Elora.
"Tetap sama, tetap berhasil bikin aku gemas." Ucapnya.
"Bisa aja, si Bambang!" Ujar Dhirga seraya merangkul Elora dan mereka pun berlalu dari bandara tersebut.
***
Agam dan Dhirga duduk di depan dengan Agam yang menyetir. Dan di belakang terdapat Elora bersama Jevan yang sesekali melontarkan pertanyaan.
"Eh iya, kamu di sini tinggal di mana?" Tanya Elora.
"Aku sewa apartemen." Jawab Jevan. "Sekolah kamu gimana? Udah bisa beradaptasi? Soalnya aku denger dari Agam kalau kamu pindah sekolah."
Elora terdiam. Yang ia ingat adalah kejadian dimana Ibunya meminta dirinya untuk ikut bersama sang Ayah hanya karena sebuah kesalahpahaman. Bahkan sampai sekarang Elora belum bertemu dengan sang Ibunda. Jujur saja, Elora sangat merindukannya.
"El?" Jevan membuyarkan lamunannya.
"Hm? Eh iya, udah kok. Tapi kayak Darren sama Linda juga masih sering main bareng," ucap Elora.
"Mereka siapa?" Tanya Jevan.
"Eh iya lupa, hehe. Mereka temen aku di sekolah sebelumnya." Jevan mengangguk paham.
Elora menatap Jevan yang kini sedang memainkan ponselnya. Kemudian ia menatap keluar kaca dan memandang jalanan dan orang yang berlalu lalang.
"Jev, makan dulu bro, di cafe depan. Gimana?" Tanya Dhirga.
Jevan melirik Elora yang masih memandangi jalanan, kemudian mengiyakan ajakan tersebut.
"Boleh," jawabnya. Agam pun menambah kecepatan laju mobilnya.
"El, kamu kenapa?" Tanya Agam yang tidak mendengar suara adiknya.
Elora menegakkan posisi duduknya. "Gak pa-pa." Jawab Elora. "Perut aku perih,"
Terdengar suara decakan dari Agam, ia melirik Elora dari spion depan. "Lagian, siapa suruh ngeskip sarapan. Belum makan apa-apa juga, kan?"
Elora mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jealousy Boyfriend
ContoCemburuan? Awalnya biasa saja. Namun semakin hari, dia semakin manjadi saja. _______________________ "Aku bukan badut bodoh yang bisa kamu bohongin." Potong Elora yang berhasil membuat Nezar terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Nezar menatap El...