1️⃣8️⃣

7.2K 493 20
                                    

Oy!:)

BRAKH!!

Nezar memasuki rumah dengan keadaan marah dan membanting pintu dengan kasar. Matanya terlihat merah karena air mata yang penuh dengan kekesalan. Sorot mata tajamnya membuat siapapun yang melihat akan menunduk takut.

"DADDY!!!" Suaranya menggema di dalam rumah megahnya.

Tak lama kemudian, Harry datang menghampiri Nezar yang tengah berdiri di tengah ruang keluarga dengan nafas yang terlihat memburu menahan amarah.
Kemudian di susul oleh Lena, Alanna dan Qila yang berjalan dari arah dapur.

"Kenapa teriak-teriak? Gak sopan."

Nezar tersenyum miring. "Aku gak peduli." Tekan Nezar. "Aku cuma mau tanya, Daddy ngomongin apa aja ke Mamahnya El?"

"I just tell her the truth," jawab Harry dengan santainya.

Lena mengusap bahu Nezar agar lebih tenang lagi, namun dengan pelan Nezar menjauhkan lengan sang Ibunda dari dirinya.

"The truth? Apa? Apa yang Daddy tahu tentang kebenaran antara aku sama El? You know nothing." Ucap Nezar.

Harry menatap Nezar dengan tajam. "Elora udah jadi orang ketiga di antara kamu sama Alanna, Daddy tahu itu semua."

Nezar tertawa hambar. Kemudian mengusap wajah kasar. "Salah, Daddy salah besar."

Nezar melirik Alanna sekilas dan kembali menatap sang Ayah. "Bukan di antara aku, tapi di antara niat Daddy dan Alanna."

"Apa yang--"

"No. Listen Dad! Dari awal Daddy yang mau hubungan ini, not me. Aku cuma anak SMP kelas satu yang mau bikin Daddynya senang, sampai akhirnya aku turutin semua yang Daddy mau. Daddy mau aku--hiksss... Ya tuhan..." Nezar mengusap air matanya yang terjatuh begitu saja.

"Ya tuhan... Kapan Daddy berhenti dan mulai memahami apa yang anaknya butuhkan, apa yang anaknya inginkan? Kapan?..."

"Salah Daddy di mana? Waktu itu kamu sendiri yang nerima, iya kan?"

Nezar mengangguk lemah. "Itu kesalahan terbesar aku." Lirihnya.

Harry menatap Nezar dengan tatapan tak suka. "Apa semua yang Daddy lakukan selama ini masih kurang? Fasilitas yang Daddy kasih? Masih kurang? Hn? Sampai kamu harus menghancurkan satu-satunya keinginan Daddy dari kamu?"

"Dan Daddy udah ngehancurin satu-satunya hal yang selalu aku harapkan. Janji." Ucap Nezar dengan tatapan kecewanya.

Harry memandang ke arah lain.

"Last night, i told you if i promise, iwill stay with Alanna, for you. Dan sebagai gantinya Daddy janji untuk membiarkan Elora. Tapi apa? TAPI APA?! HEUH!? YOU'RE SUCH A LIAR!" Geram Nezar yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Harry meraih sebuah pas bunga dan membantingnya ke lantai. "Sudah berani kamu!?"

"Apa yang harus di takutin dari seorang pembohong like you? Nothing, Dad."

Alanna berjalan mendekati Nezar, namun dengan cepat Nezar menghentikan langkahnya dan menatapnya dengan tatapan datar nan tajam.

"Dan kamu, kamu sendiri yang minta aku buat ngejar Elora. TAPI KENAPA KAMU JUGA YANG CERITA?! Kamu pernah mikir apa yang akan Ayah aku lakuin saat mendengar nama Elora? Did you ever thinking about her happiness?" Ucap Nezar.

Alanna mengangguk paham dan menatap Nezar dengan terluka. "Kita terluka, kita sama-sama terluka Zar..."

"Kamu nyalahin Daddy kamu, aku, hubungan kita. Padahal kamu tahu sendiri siapa yang menyebabkan semua ini." Tambah Alanna.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang