Sesuai dengan yang Elora umumkan di dalam group kelasnya, hari ini, tepatnya di jam istirahat. Baik siswa maupun siswi teman sekelasnya terlihat berkumpul di bagian belakang dimana barang-barang yang Elora hendak berikan berjejer di sana.
"Banyak banget, El... Bagus-bagus pula..." Ucap salah satu teman sekelasnya.
Elora tersenyum dan mengangkat dagu dengan bangga. "Iya dong,"
"Yang ini ya allah, sepatunya bagus banget... Masih ada capnya, boleh aku ambil?"
Elora menepuk bahu temannya itu, "ambil aja, pilih aja yang mana."
"Ayo semuanya, ambil aja!!" Seru Elora seraya memundurkan langkahnya dan membiarkan orang-orang melihat-lihat dan memilih yang mana yang akan mereka ambil.
Elora terdiam bersandar pada papan tulis dengan memandang teman-teman sekelasnya yang tengah berkumpul memilih-milih barang pemberian Nezar saat mereka masih bersama.
Matanya mulai berkabut, sedih. Wajar bukan?Ia menghela nafas panjang dan berusaha untuk menunjukkan sebuah senyuman senatural mungkin.
Jujur saja, ia masih merasakan kehilangan atas putusnya hubungan yang selama ini ia banggakan pada siapapun. Hubungan yang selalu ia andalkan untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan, tapi semuanya sudah berakhir. Berakhir dengan sebuah ketidaksempurnaan, berakhir karena sebuah kebohongan."Ada apa ini?" Tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam XI IPS 2 itu.
Elora memutar bola mata sebal saat mengetahui siapa yang datang mengunjungi kelasnya. Nezar.
Nezar mendengar Elora membagikan barang, Nezar langsung bertanya dan alangkah kagetnya ia ketika mengetahui bahwa barang-barang pemberiannyalah yang di berikan. Ia pun langsung berlari menuju kelas Elora untuk memastikan.
Nezar menatap Elora dengan nanar, kemudian ia berjalan mendekati gadis yang telah di kecewakannya.
"Apa ini?" Tanyanya.
Elora melipat kedua lengannya di depan dada. "Apanya yang apa?"
"El, kamu--barang-barang ini?"
Elora bertepuk tangan untuk meminta perhatian orang-orang yang masih sibuk memilih barang-barangnya.
Prok... Prok... Prok...
"Woaah guys!! Sponsornya dateng nih!" Ujar Elora seraya mempoin Nezar.
Nezar memandang Elora tak percaya. "Kamu apa-apaan sih, ini... Ya tuhan..."
"Bubar! BUBAR! KELUAR DARI KELAS INI! CEPAT!!" Ujar Nezar meminta semua orang untuk keluar.
Elora hendak melenggang pergi, namun Nezar dengan cepat menahan pergelangan tangannya.
"Kamu mau ke mana?"
"Bukannya di suruh keluar, ya? Apa gue yang salah denger?"
Nezar menghela nafas panjang dan mengangguk paham. Elora kecewa, benar-benar kecewa. Ia paham akan hal itu.
"Dengerin aku," ucap Nezar seraya memegang kedua bahu Elora saat di dalam kelas hanya tinggal mereka berdua.
Elora tersenyum miring dan mendorong tubuh Nezar agar menjauh dari dirinya.
"Dengerin apa? Kebohongan apa lagi yang mau lo kasih tahu?" Ucapnya.
Nezar menggelengkan kepalanya dengan sorot mata yang penuh dengan penyesalan. "I know i hurt you so much, but please... Listen to me,"
"Kalau lo tahu udah nyakitin gue sebegitunya? Kenapa lo masih berani ngomong bahkan dengan jarak sedekat ini?"
"El, aku--"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jealousy Boyfriend
Short StoryCemburuan? Awalnya biasa saja. Namun semakin hari, dia semakin manjadi saja. _______________________ "Aku bukan badut bodoh yang bisa kamu bohongin." Potong Elora yang berhasil membuat Nezar terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Nezar menatap El...