2️⃣9️⃣

4.9K 454 32
                                    

Setelah kejadian Nezar yang berkunjung ke rumahnya, mereka semakin sering bertemu. Seperti saat ini, mereka berdua sedang berada di ruang VIP cafe sparkle. Dengan sedikit paksaan, Nezar berhasil membawa Elora bersamanya.

"Dimakan dong yaang," ucap Nezar. "Bosen yah, mau nasi padang?"

Kedua mata Elora berkaca-kaca begitu saja. Dan mulai menangis di detik selanjutnya.

Nezar langsung bergeser semakin dekat dan membawa Elora ke dalam pelukannya.

"Sayang, kamu kenapa? Hn? Ssst... Jangan nangis dong..." Ucap Nezar khawatir.

Elora membalas pelukan itu dengan erat dan menangis sepuasnya.

"Jevan, dia baik..."

Deg.

Rasa takut dalam hatinya muncul begitu saja.

"Aku tahu." Ucap Nezar.

"Tapi kenapa aku gak bisa suka sama dia... Kenapa?..." Lirih Elora. "Kenapa aku gak bisa lupain kamu? Orang yang bahkan udah matahin hati aku..."

Nezar semakin mengeratkan pelukannya. "Maaf... Yaang, aku mohon maaf... Aku udah mempersulit kamu,"

"Aku udah gak punya hati buat di kasih ke orang lain... Tapi Jevan baik, dia orang baik... Kenapa harus suka sama aku..." Racaunya seraya meremas kaos yang Nezar kenakan.

Nezar hanya bisa diam dengan rasa bersalahnya.

"Kamu masih punya hati, hati kamu ada di sini." Ucap Nezar seraya mengecup puncak kepala Elora.

Nezar merenggangkan pelukannya, kemudian ia menangkup wajah Elora.

"Maaf, maaf aku gak bisa mundur dan relain kamu. Maaf aku udah mempersulit hidup kamu. Maaf, aku terlalu egois... Aku gak bisa menyerah. Aku gak mau kehilangan kamu, yaang..." Ucapnya.

Elora terdiam.

"Aku mohon kayak dulu lagi, kita buat Jevan mengerti." Mohon Nezar. Ini kesempatannya.

Elora menundukkan pandangannya.

"Aku janji, Alanna adalah rahasia terakhir aku. Sekarang hanya ada kamu," lanjutnya.

"El, aku masih rumah kamu. Pulang, aku mohon..."

Elora menatap Nezar. Sampai ia terhanyut dalam pandangan yang Nezar berikan.

"Aku gak tahu harus ngomong ap--"

Nezar tiba-tiba saja mencium Elora tepat di bibirnya. Kecupan ringan yang Nezar berikan berubah menjadi sebuah lumatan yang lembut. Membuat Elora terdiam mematung dengan kedua tangannya mengepal. Itu terlalu tiba-tiba.

"Just say yes," ucap Nezar seraya menyelipkan helaian rambut yang menghalangi wajah cantik Elora ke belakang telinganya.

Elora masih terdiam.

"Di saat kamu bingung, ikuti kata hati kamu. Bukan pikiran." Ucap Nezar membuat Elora mengerjapkan matanya.

"Aku harus percaya itu?"

Nezar membaringkan tubuhnya dengan berbantalkan pangkuan Elora. Kemudian ia raih dan genggam lengan Elora dengan kedua tangan hangatnya.

"Aku masih bisa berusaha dan menunggu kamu untuk sepenuhnya nerima aku lagi. Tapi..."

"Tapi?" Bingung Elora penasaran.

"Tapi ada batasnya, entah kapan. Namun saat itu datang dan kamu masih belum nerima aku, maaf kalau aku mengambil jalan pintas." Ucapnya sembari mengecup tangan Elora.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang