El udah agak kendor nih. Semoga suka... Jangan lupa vote dan komen. Serame yang onoh ahiya hiya:*
Elora terdiam, menatap punggung Nezar yang sedang memesankan dirinya makan di sebuah rumah makan Padang. Walaupun dengan sedikit paksaan, akhirnya Nezar bisa membuat Elora menerima ajakannya untuk makan siang bersama.
Elora memutar bola mata sebal saat Nezar duduk tepat di hadapannya. "Aku pesenin rendang,"
"Bukannya gue minta ayam balado, yah?"
Nezar menatap Elora tanpa ekspresi, apalagi senyuman. "Aku-kamu, El."
"Terserah gue dong."
"Aku gak suka."
"Sengaja. Lagian aku udah gak mau berurusan lagi sama kamu. Aku cape Zar." Ujar Elora dengan nafas yang naik turun.
Nezar tersenyum simpul. Setidaknya Elora kembali memakai aku-kamu, walau dengan nada yang tidak santai. Sampai akhirnya dua porsi nasi Padang pun datang. Nezar meminta Elora untuk makan terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kalimat-kalimat yang lainnya.
"Pelan-pelan makannya." Ucap Nezar. Elora tidak memedulikannya sama sekali.
Nezar belum juga menyentuh makanannya, ia hanya memperhatikan Elora dalam diam. Ia paham jika Elora belum bisa melupakan semua kebohongannya, bahkan dirinya sendiri selalu terbayang hari dimana ia membuat Elora hancur sehancur-hancurnya.
"Aku sayang banget sama kamu, yaang." Ucap Nezar.
Elora hanya mengangkat bahu tak peduli. Dulu ia sangat mempercayai apa yang Nezar katakan. Nezar adalah rumahnya. Tempatnya berbagi tangis dan bahagia sekaligus. Tapi karena kebohongannya, Elora harus kehilangan rumah itu.
"Sulit untuk maafin aku, aku udah keterlaluan dengan jadiin kamu yang kedua di saat aku udah ada komitmen dengan perempuan lain." Ucap Nezar. Tidak peduli dengan tanggapan, Nezar hanya ingin Elora mendengarkannya.
"Tapi aku selalu prioritasin kamu. Aku selalu berusaha untuk ada setiap kamu butuh aku." Sambungnya.
Elora mengangguk-anggukan kepalanya. "Karena Alanna gak ada. Coba kalau dia ada, gak bakalan kamu lakuin itu."
"Emang sulit untuk percaya lagi, tapi itu kenyataannya."
"Okay, aku percaya. Tapi aku gak seneng, aku gak bangga jadi simpanan kamu. Kamu baru pacaran aja udah kayak gini. Gak ngotak tahu gak. Mamah kamu perempuan, adek kamu juga. Harusnya kamu lebih bisa ngeraba hati perempuan dong. Jangan seenaknya." Ujar Elora seraya menjauhkan piring dari hadapannya. Nafsu makannya sudah menghilang.
Ia meminum es jeruk miliknya dan melipat kedua tangan, menatap Nezar yang juga memandangnya dengan penuh penyesalan.
"Aku tahu aku salah, aku mohon maafin aku. Kasih aku kesempatan. Semua udah selesai, gak ada siapapun di antara kita."
Elora mengangkat sebelah alisnya. "Gak ada? Tentu ada."
Nezar terdiam.
"Besok dia dateng." Ucap Elora.
Lengan Nezar mengepal begitu saja. "Aku gak akan biarin itu."
"Aku udah gak takut sama amarah kamu dan lain sebagainya. Aku udah gak peduli." Ucap El.
Nezar menatap Elora dengan lekat. "Jangan bohongin diri kamu sendiri. Cowok itu pun gak akan bahagia."
Elora tersenyum hambar. "Kenapa?"
"Hati kamu masih milik aku. Siapa yang setiap harinya ganggu tidur kamu? Aku."
Elora diam dan memandang ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jealousy Boyfriend
Short StoryCemburuan? Awalnya biasa saja. Namun semakin hari, dia semakin manjadi saja. _______________________ "Aku bukan badut bodoh yang bisa kamu bohongin." Potong Elora yang berhasil membuat Nezar terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Nezar menatap El...