1️⃣3️⃣

5.8K 403 17
                                    

Setelah setengah jam tak sadarkan diri, Nezar akhirnya terbangun.
Matanya terbuka dengan perlahan. Dengar masih samar-samar, Nezar melihat Ibunya yang duduk di tepi tempat tidur dan sang Ayah yang berdiri, menatap ke arahnya.

"Syukurlah kamu udah bangun, ini minum dulu!" Ucap Lena seraya membantu Nezar untuk duduk bersandar.

Nezar menerima gelas tersebut dan meminum airnya hingga tandas.

"Makasih, Mom." Ucapnya.

Nezar melirik Ayahnya yang masih berdiri dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Siapa perempuannya?" Tanya Harry dengan tatapan yang mengintimidasi.

Nezar mengernyitkan dahinya, walaupun sebenarnya ia tahu apa dan siapa yang Ayahnya maksud.

"Dad, anak kita baru sadar. Kamu bisa tanya-tanyain dia nanti," ucap Lena.

Harry langsung mengangkat jarinya dan meminta Istrinya itu untuk diam dan membiarkan dirinya untuk mencari tahu yang seharusnya seorang Ayah ketahui.

"Siapa perempuan itu?" tanya Harry kembali.

"Dad, kasian... Nezar baru sadar dan kepalanya pasti masih--"

Harry menatap istrinya itu dengan datar. "Lebih baik kamu keluar, kamu temuin Qila. Dia masih nangis di kamar,"

Dengan iba, Lena menatap putra pertamanya. Kemudian berlalu dengan berat hati.

"Jangan terlalu keras sama anak." ucapnya pada Harry sebelum pergi.

"Dia harus menjadi putra yang sesungguhnya, aku tahu seperti apa dia." sahut Harry dan Lena pun pergi meninggalkan putra dan suaminya berdua saja.

Kalimat itu berhasil membuat Nezar tersenyum hambar.

Harry mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur dan menatap Nezar dengan sangat lekat.

"Siapa perempuan yang membuat kamu mempertanyakan sebuah hubungan, yang bahkan sudah berjalan selama satu tahun?" Ujar Harry kembali bertanya.

Nezar mengalihkan pandangannya dan, "gak ada."

"No no... Just tell me, who's the girl?"

Nezar memberanikan diri untuk menatap kedua mata Ayahnya.

"Gak ada." Tekannya.

Harry menganggukkan kepalanya. "Berarti ini cuma masalah LDR kalian, kamu tenang saja, son. Setelah lulus dan kalian menikah, semua akan kembali seperti semula. Itu pun kalau memang benar, tidak ada wanita lain."

Nezar terdiam. Elora mulai memenuhi pikirannya kembali.
Ia terlihat memejamkan mata dan berusaha untuk menyingkirkannya, namun nihil.

"Yakin gak ada perempuan lain?"

Nezar ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia tidak tahu apa yang akan Ayahnya lakukan saat mendengar nama Elora terlontar dari mulutnya. Ia tidak peduli tentang dirinya, ia hanya takut Elora yang akan menjadi sasaran dari semua ini.

"I told you, so."

Harry menepuk bahu Nezar, kemudian memegang kedua bahunya.

"Bagus. Kamu tahu kan kalau orang tua Alanna sudah meninggal, dia cuma punya kamu, sahabatnya, kita keluarganya untuk saat ini. Jangan sakiti dia. Bantu usaha keluarganya," Ucap Harry.

Nezar menghela nafas panjang dan mengangguk paham. Ujung-ujungnya pasti tentang usaha dan bisnis. Entahlah, Ayahnya terlalu percaya bahwa uang dapat membeli segalanya.

"Daddy tahu kalau kamu anak yang baik dan penurut."

Nezar muak dengan semuanya. Ia lelah melakukan hal yang tidak ingin dirinya lakukan, dia lelah terus mengorbankan kebahagiaannya. Tapi ia bisa apa, Ayahnya hanya akan diam saat keinginannya terpenuhi. Jika tidak, maka keluarganya tidak akan terlihat harmonis seperti ini sejak dulu.

My Jealousy BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang